WR. Soepratman

WR. Soepratman
Meskipun aku hidup dalam kemiskinan, aku menikmati menjadi pemburu berita, menjadi penyambung lidah bagi bangsaku... karena menurutku, salah satu cara “masuk“ menjiwai semangat perjuangan adalah menjadi wartawan.

Senin, 02 September 2013

Skenario

by Victor da Costa

Fade out / Fade in
000 .  TRADE MARK : 
                                           
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DISSOLVE TO

DIREKTORAT  KEPAHLAWANAN  KEPERINTISAN  DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

MEMPERSEMBAHKAN

DISSOLVE TO

001.INT. LORONG PENJARA KALISOSOK - MALAM
Beberapa kaki-kaki tentara Belanda yang bersepatu lars berjalan agak cepat mengiring kaki yang tidak bersepatu...

CUT TO

002. INT. RUANG SEL - MALAM
Tahanan Itu di dorong masuk sel oleh salah satu tentara Belanda,laki–laki itu terjerebab masuk menahan sakit... laki laki itu, yang tak lain adalah WR. SOEPRATMAN, diam dengan tetap mehanan rasa sakit yang di deritanya...
Pandangan nya menatap kosong ke depan camera track in sampai big CU

Fade out / Fade in.

003. INT. SUDUT RUMAH SAKIT - SIANG
Text Tittle Ketik : Meester Coornelis Jati Negara Jakarta, 9 Maret Tahun 1903, 11.00 wib
SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO terlihat sangat gelisah wajahnya tergambar kekhawatiran,  menunggu kelahiran  putranya  yang ketujuh. Ia bersama dengan anak- anaknya ROEKIJEM SOEPARTIJAH yang berusia dua belas tahun, ROEKINAH SOEPARTIRAH yang berusia sembilan tahun, NGADI SOEPRATINI yang berusia lima tahun, dan SARAH yang berusia satu tahun.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH menggendong SARAH adiknya yang baru berusia satu tahun.
Tiba-tiba di tengah kegelisahannya SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO  dipangil SUSTER,

SUSTER
Bapak Djumeno… Selamat pak, anak anda sudah lahir dengan selamat
Silahkan bapak masuk ….

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Alhamdulillah…

Wajah SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO berubah dari tegang dan gelisah menjadi lega, setelah memberi sinyal kepada anak – anaknya, SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO bergegas masuk ke dalam ruang bersalin  untuk melihat keadaan istri dan anaknya yang baru saja lahir dengan di ikuti anak-anaknya.

CUT TO

004. INT. RUANG BERSALIN - SIANG
SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO tersenyum bahagia ketika melihat anak ketujuhnya yang  berjenis kelamin laki laki itu.

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO mendekati dan mencium kening isrinya NY.SITI SENEN, kembali SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO  menatap Bayi laki lakinya.

Digenggamnya tangan mungil bayi dalam dekapan istrinya itu... didekatkannya wajahnya pada wajah mungil itu...

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
(sambil setengah berbisik)
Hai...

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Karena pasaran lahirmu wage aku beri nama kamu
Wage... wage soepratman

NY. SITI SENEN dan anak-anaknya tersenyum.
Kegembiraan dan sukacita mewarnai suasana ruangan.



MAIN TITLE
         
WAGE RUDOLF  SOEPRATMAN
KELAHIRAN LAGU INDONESIA RAYA

Fade out / Fade in

CREDIT TITLE

005. ESTABLISH BATAVIA 1925 (Stock  Shoot)
Credit title masih berjalan.

Fade out / Fade in

006. INT. RUANG TAMU KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN - SIANG
Ditemani secangkir kopi hitam, WR. SOEPRATMAN yang berprofesi sebagai wartawan Sin Po sedang tenggelam dalam pekerjaannya menulis berita tentang Kongres Pemuda Indonesia I yang diliputnya pada tanggal 30 April sampai 2 Mei kemarin, untuk dimuat di surat kabar Sin Po tempatnya bekerja. Terlihat jelas kekuatan tulisan WR. SOEPRATMAN saat mengetikkan isi liputan Kongres Pemuda Indonesia I itu.

CUT TO

007. EXT./INT. RUMAH WR. SOEPRATMAN - SIANG
Di depan pintu rumah WR. SOEPRATMAN, tasnya yang besar dan terlihat berat diletakkannya di lantai teras, OERIP KASANSENGARI yang masih memiliki hubungan keluarga karena adik Oerip Kasansengari, B.M. Santosa Kasansengari menikah dengan Gijem Soepratinah, adik dari WR. SOEPRATMAN, mengetuk pintu dengan mengucapkan salam.

Title berupa tulisan ketik “Oerip Kasansengari” saat Close Up Oerip Kasansengari.

CUT TO
008. INT. RUANG TAMU KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – SIANG
WR. SOEPRATMAN yang masih tenggelam dalam tulisannya menghentikan pekerjaannya dan menatap pintu rumahnya sesaat setelah ia mendengar suara ketukan halus dan ucapan salam dari pintu rumahnya.

WR. SOEPRATMAN pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke arah pintu...

Sebelum membuka pintu, ia menyempatkan diri untuk menengok siapa gerangan yang datang dengan menyibakkan gorden jendela.

Alangkah terkejutnya ia setelah mengetahui siapa yang datang. Dan dengan bergegas ia membukakan pintu.
Disambutnyalah OERIP KASANSENGARI, saudara iparnya itu dengan suka cita dan dipersilahkannya masuk.

WR. SOEPRATMAN
( tersenyum senang )
Heeee.... apa kabar mas???
Mari masuk...

OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Baik dik...

Sambil masuk ke dalam, WR. Soepratman membawakan tas Oerip Kasansengari.
Sesampainya di dalam, WR. SOEPRATMAN mempersilakan OERIP KASANSENGARI untuk duduk.

WR. SOEPRATMAN
Silakan duduk mas...

OERIP KASANSENGARI duduk sambil melihat ke sekeliling ruangan.

WR. SOEPRATMAN
Sebentar mas... kuambilkan minum dulu...

OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Air putih saja dik...
Kopi nanti malam saja..

WR. SOEPRATMAN
(sambil tertawa lebar)
Ya mas...

OERIP KASANSENGARI memperhatikan pekerjaan WR. SOEPRATMAN di atas meja... dia mendekat ke arah mesin ketik dan membaca apa yang tertulis di situ dengan manggut–manggut...
Tak lama kemudian WR. SOEPRATMAN masuk ke ruang tamu dengan membawa air minum untuk OERIP KASANSENGARI.
OERIP KASANSENGARI segera menyambut minuman tersebut...

OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Terima kasih ya dik...

OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
Maaf aku sudah mengganggu pekerjaanmu dik...

WR. SOEPRATMAN
( bergegas memotong kalimat Oerip )
Tidak apa-apa mas... kebetulan aku sedang butuh teman untuk menguatkan tulisan–tulisan ini...
Memang Tuhan Maha Tahu keinginanku, sehingga dikirimnya mas Oerip kesini untuk menemaniku.

OERIP KASANSENGARI
( tertawa lepas )
Bisa saja kau ini dik...

OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
( tersenyum lebar )
Aku punya waktu luang satu minggu... kalau memang kamu butuh tambahan pelajaran politik,,, kenapa tidak.!! 

WR. SOEPRATMAN
( tertawa lepas )
Bagus....
Selama satu minggu ini ruang tamu ini akan menjadi kelas politik...

Mereka berdua tertawa terbahak.

CUT TO

009. INT. RUANG TAMU KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN - MALAM
Ruangan itu diterangi cahaya lampu pijar berwarna kuning yang cukup terang.
WR. SOEPRATMAN dan OERIP KASANSENGARI terlibat perbincangan
Di atas meja, kopi hitam dan ubi rebus yang masih mengebul pun setia menemani mereka. WR. SOEPRATMAN memanggil OERIP KASANSENGARI dengan sebutan  “mas“  karena ia lebih muda usianya daripada OERIP KASANSENGARI.
    
WR. SOEPRATMAN
Begini mas hidupku sekarang... jauh berbeda dibanding saat di Makassar... ( senyum lebarnya menghiasi kata – katanya )... Sudah tidak ada lagi gilang gemilang penuh dansa dansi dengan nona – nona Indo Belanda... ( diiringi tawa kecil )

WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Setelah di Batavia, aku rela menerima kenyataan hanya jadi kuli tinta... Aku pernah hampir patah semangat saat mengalami kegagalan dalam mendirikan kantor berita Alpena bersama kawanku, Harun Harahap dan Parada Harahap... tapi pidato – pidato para tokoh politik kaliber besar seperti Bung Karno, Bung Hatta, MH. Thamrin, yang selalu menganjurkan dan bercita – cita ke arah Indonesia Merdeka membuat semangatku bangkit kembali...

WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Meskipun aku hidup dalam kemiskinan, aku menikmati menjadi pemburu berita, menjadi penyambung lidah bagi bangsaku... karena menurutku, salah satu cara “masuk“ menjiwai semangat perjuangan adalah menjadi wartawan

OERIP KASANSENGARI
Seorang pahlawan mempunyai jiwa yang seirama dengan amanat penderitaan rakyat... Dengan percikan tinta jiwa patriotiknya, mereka mengabdi kepada tanah air dan bangsa.
Kulihat kamu memenuhi syarat untuk itu dik...

Oerip Kasansengari menutup kata–katanya tersebut dengan senyum lebar...

WR. SOEPRATMAN
( tertawa lepas )
Ingin jadi pahlawan bagi bangsa dan tanah air itu pasti mas... tapi aku masih jauh dari kriteria itu...
Justru mas Oeriplah yang punya semua kriteria itu...

Belum selesai WR. Soepratman meneruskan kata–katanya, Oerip Kasansengari memotongnya dengan tawa lepas.

OERIP KASANSENGARI
Sudahlah... yang terpenting sekarang adalah tindakan...
Kita semua bisa menjadi pahlawan... bagi diri kita sendiri, keluarga, teman, bahkan bagi bangsa dan tanah air...

Fade out / Fade in

WR. SOEPRATMAN
Aku pernah membaca satu karangan politik yang mengutip majalah Hindia Putra, suara para mahasiswa setanah air yang belajar di negeri Belanda dan bergabung dalam organisasi Indonesiche Vereenigning... Tulisan itu membuat hatiku terkesan.

WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Sudah sejak tahun 1922 mereka memiliki kesadaran politik dan rasa kebangsaan yang tinggi... Seperti yang mereka nyatakan dalam majalah itu : mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata–mata.

WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Menurut mereka, hal demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga, segala jenis perpecahan haruslah dihindarkan supaya tujuan itu lekas tercapai.

OERIP KASANSENGARI
Itulah...
Aku muak dengan politik Divide Et Impera Belanda...
Di dalam pemerintahan dan masyarakat, kita dipecah belah...
Ada Europeesch Bestuur dan Inlandsch Bestuur.

...Grondwet yang diadakan bangsa Belanda dan berlaku di negeri Belanda berlainan maksud dan tujuannya dengan Indische Staadsregeling yang diadakan dan berlaku di sini.

OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
O ya dik... bagaimana dengan kegiatan bermusik kamu?

WR. SOEPRATMAN
Beberapa waktu yang lalu... Aku baca satu artikel di majalah Timboel terbitan Solo mas... Di artikel tersebut penulis menanyakan kapan ada komponis Indonesia yang dapat menciptakan lagu kebangsaan Indonesia, yang dapat menggelorakan semangat rakyat.

OERIP KASANSENGARI
O ya...???!!!

OERIP KASANSENGARI menyimak dengan antusias penuturan WR. SOEPRATMAN tentang isi artikel di majalah Timboel yang terbit di Solo, Jawa Tengah, yang pernah dibacanya.

WR. SOEPRATMAN
Pertanyaan dalam majalah Timboel itu sungguh menarik
perhatian saya mas... Kalau bangsa Belanda punya lagu kebangsaan Wilhelmus, mengapa Indonesia belum punya ???.

...Oleh sebab itu aku sekarang sedang mulai mengarang lagu, dan aku juga telah memberitahukan hal ini kepada bapak dan saudara–saudara yang lain untuk mendapat restunya.

OERIP KASANSENGARI menyambut baik gagasan WR. SOEPRATMAN tersebut.

OERIP KASANSENGARI
Dalam situasi politik Belanda yang memecah belah bangsa dan memelaratkan rakyat, serta politik diskriminasi antara penjajah dengan yang dijajah saat ini, memang perlu segera ada lagu – lagu pergerakan dik... terutama lagu kebangsaan Indonesia... Lagu yang yang seharusnya dapat mengobarkan semangat juang rakyat.

...Keinginanmu itu sungguh mulia.
...Kudoakan semoga kamu berhasil dengan cita – citamu itu dik.

Senyum lebar menghiasi wajah mereka berdua, lalu mereka bersamaan mengambil cangkir kopi masing–masing dan melakukan toast...UNTUK INDONESIA !!!

CUT TO

010. INT. RUANG TAMU KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – MALAM
WR. SOEPRATMAN berbaring di atas kursi panjang... dia menatap langit–langit ruang tamunya... matanya menerawang...

DISSOLVE TO

FLASHBACK

011. INT. RUMAH WILLEM VAN ELDIK – SIANG
WR. SOEPRATMAN mengamati NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK sedang menjahit beberapa pakaian suaminya.

WR.SOEPRATMAN
Mbak...

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK menghentikan kegiatan menjahitnya lalu menatap WR. SOEPRATMAN.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Ada apa?

WR.SOEPRATMAN
Apa benar mbak... kita ini masih keturunan dari perwira Pangeran Diponegoro?

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Ya benar...
...Menurut cerita ibu kita, memang kita ini masih ada darah keturunan dari perwira Pangeran Diponegoro.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK ( CONT’D )
Ketika perang Diponegoro berakhir, para perwira Pangeran Diponegoro tidak menyerahkan diri kepada Belanda, tapi mereka bersembunyi di dataran tinggi gunung Seberuk... Mereka membuka hutan dan mendirikan desa baru yang diberi nama Somongari menurut nama nenek moyangnya.

Wajah WR.SOEPRATMAN terlihat sangat terkesan.

WR.SOEPRATMAN
Mbak... saya mau mohon ijin untuk pulang ke Jawa.
Saya ingin mencari pekerjaan disana.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK menatap WR.SOEPRATMAN seakan tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

Fade out / Fade in

012. INT.RUANG MAKAN RUMAH VAN ELDIK .PAGI
( INSERT : Kesibukan pagi sebelum masuk ke adegan ini )

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK, WILLEM VAN ELDIK dan WR.SOEPRATMAN sedang menikmati sarapan pagi nasi goreng. 

WILLEM VAN ELDIK
( berbicara dengan aksen Belanda )
Apakah kamu sudah memikirkan dengan matang keputusanmu
untuk bekerja di Jawa?
Karena saya rasa kehidupan kamu di sini sudah bagus
dan masa depan kamu ada di sini.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
 Wage.... Coba pikirkanlah lagi keputusanmu itu.

WR.SOEPRATMAN
Saya sudah memikirkan hal itu mbak...

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan WILLEM VAN ELDIK saling berpandangan.
NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK kemudian kembali menatap WR.SOEPRATMAN sambil menghela nafas. Ia mulai mengerti bahwa adik kesayangannya ini telah dewasa.
Ia sadar, meskipun berat hati, ia harus merelakan adiknya ini mengikuti panggilan hatinya.
Dalam hatinya, ia merasa bangga terhadap adik lelaki satu–satunya ini.

WR.SOEPRATMAN
Saya akan ke Soerabaya dulu, mampir ke tempat mbak Roekinah.
( sambil tersenyum )

CUT TO

013. EXT.  STASIUN KERETA API  -  SIANG 
  
Establish shoot :
Suasana stasiun kereta api yang sibuk.

OERIP KASANSENGARI memegang bahu WR. SOEPRATMAN sambil berkata

OERIP KASANSENGARI
Dik Soepratman... Menggubah lagu itu adalah ilham dari Tuhan Yang Maha Esa kepada kamu... Tetaplah pada pendirian dan keyakinanmu...
Sampai bertemu lagi dilain waktu.

WR. SOEPRATMAN
Ya mas... Terima kasih...
Sampai jumpa lagi... Hati–hati di jalan.

Keduanya saling berpelukan layaknya saudara.
Kemudian OERIP KASANSENGARI masuk ke dalam kereta dan mereka saling melambaikan tangan.

Kereta api bergerak menjauh.

CUT TO

014.INT RUMAH WR.SOEPRATMAN - MALAM

FLASHES
WR.SOEPRATMAN mulai mengesek Biolanya dia Mencoba mencari nada... Coretan partitur di kertas melengkapi pencarian nada untuk lagu kebangsaan... kertas berserakan.

WR.Soepratman terus Mencari nada

CUT TO

015.INT.RUMAH WR.SOEPRATMAN - SIANG
Dan pada Akhirnya WR. SOEPRATMAN Berhasil Menciptakan lagu yang akan dia tawarkan untuk menjadi lagu kebangsaan.

Terlihat senyum puas di wajahnya.

Fade out / Fade in.

016. INT . RUANG TAMU RUMAH SOEGONDO DJOJOPUSPITO - SIANG 
 
Text Tittle Ketik : Oktober 1928
WR. SOEPRATMAN duduk menghadap SOEGONDO DJOJOPUSPITO yang tak lain adalah ketua panitia Kongres Pemuda Indonesia II.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Teman – teman sudah menyetujui kamu untuk tampil membawakan lagu Indonesia Raya....

...Nanti saat penutupan kongres, kamu akan membawakan lagu itu dengan biola saja... Karena kongres pasti akan dijaga oleh polisi Belanda, maka kita tidak bisa memperdengarkan syairnya agar tidak terjadi hal–hal yang tidak diinginkan...
Kongres bisa dibubarkan atau lebih buruk lagi... Para peserta bisa ditangkap.

Title berupa tulisan ketik “Soegondo Djojopuspito“ saat Close Up Soegondo Djojopuspito.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Bung Karno berpesan bahwa perlu adanya segera lagu nasional...
Lagu dan syair Indonesia Raya yang tempo hari kau perdengarkan kepada kami memiliki kekuatan membakar semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan..

Ini kesempatan untuk mengenalkan lagu Indonesia Raya agar bisa diterima menjadi lagu kebangsaan...

WR. SOEPRATMAN
Terima kasih mas... Salah satu hal yang mendorong semangat saya untuk menggubah lagu yang dapat menjadi lagu kebangsaan adalah kata–kata Bung Karno juga... Beliau mengatakan : Airnya Kamu Minum, Nasinya Kamu Makan... Karena Itu, Kita Semua Harus Mengabdi Padanya, Pada Ibu Pertiwi Indonesia.

Terlihat kilatan gelora semangat pada mata mereka saat berjabat tangan.
Fade out / Fade in

017. INT.  RUANG KONGRES PEMUDA INDONESIA II  - SORE 
establishing shoot :
Jam istirahat pada malam kedua sekaligus malam penutupan Kongres Pemuda Indonesia, 28 Oktober 1928.

Text Tittle Ketik : Kongres Pemuda Indonesia II - 28 Oktober 1928.

Suasana sedikit berisik dengan background orang mengobrol.

Di meja Utama Kongres, duduk dari kiri ke kanan...SOEGONDO DJOJOPUSPITO (Ketua PPPI), R.M. DJOKO MARSAID (Wakil ketua Jong Java), MOHAMMAD JAMIN (Sekretaris Jong Sumateranen Bond), AMIR SJARIFUDIN (Bendahara Jong Bataks Bond), DJOHAN MOHAMMAD TJAI (Pembantu I Jong Islamieten Bond), R. KATJA SOENGKANA (Pembantu II Pemuda Indonesia). Mereka terlihat sedang berdiskusi dengan nada berbisik.

Sesaat kemudian SOEGONDO DJOJOPUSPITO berdiri dari tempat duduknya dan memanggil WR. SOEPRATMAN untuk mendekat.

WR. SOEPRATMAN beranjak dari kursinya dengan mencangking biolanya mendekat ke arah SOEGONDO PUSPITO.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO pun secara elegan dan diplomatis dengan bisik–bisik kepada WR. SOEPRATMAN dipersilahkan memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya, sehingga kata–kata Indonesia Raya tidak jelas terdengar.

WR. SOEPRATMAN mengangguk dan mulai menepatkan biola pada bahunya dan mengambil sikap siap memainkannya.

Para peserta Kongres yan awalnya sibuk berbicara, mulai berganti berbisik dan lambat laun mulai tenang. Perhatian mereka terarah kepada WR. SOEPRATMAN dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO masih berdiri dari tempat duduknya memperhatikan hadirin yang mulai tenang, sedangkan di sampingnya berdiri WR. SOEPRATMAN yang juga sedang menyapu pandang pada para hadirin dengan sikap siap memainkan biola di bahu kanannya.

Sesaat setelah ayunan tangan SOEGONDO DJOJOPUSPITO mempersilahkan dengan hormat, WR. SOEPRATMAN mulai melantunkan nada demi nada lagu Indonesia Raya melalui biolanya.

Para hadirin diam dan tenang mendengarkan lagu Indonesia Raya yang dilantunkan oleh WR. SOEPRATMAN sampai dengan selesai.

Setelah selesai membawakan lagu Indonesia raya, WR. SOEPRATMAN membungkuk memberi hormat kepada peserta kongres. Serentak para peserta kongres berdiri dan memberikan aplaus pada penampilan WR. SOEPRATMAN.

WR. SOEPRATMAN melangkah menuju meja Utama panitia Kongres, menghampiri SOEGONDO DJOJOPUSPITO, R.M. DJOKO MARSAID, MOHAMMAD JAMIN, AMIR SJARIFUDIN, DJOHAN MOHAMMAD TJAI, R. KATJA SOENGKANA... yang juga berdiri dan memberi aplaus terhadap penampilannya, satu persatu dijabatnya tangan mereka yang disambut juga dengan antusias dan penuh semangat.

Fade out/ Fade in.

Establishing shoot :
Seluruh peserta kongres berdiri.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO membacakan isi SUMPAH PEMUDA dengan diikuti oleh seluruh peserta.

SOEMPAH PEMOEDA

PERTAMA :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA.

KEDUA :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

KETIGA :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

CUT TO

018. EXT.  GEDUNG KONGRES PEMUDA INDONESIA - SORE 
Establishing shoot :
Latar belakang berakhirnya Kongres pemuda Indonesia II.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO menjabat tangan WR. SOEPRATMAN, tangan kirinya memegang bahu WR. SOEPRATMAN layaknya sahabat sambil berucap :

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Selamat ya...
Dua bulan lagi kita akan mengadakan pembubaran panitia kongres... Saat itulah syair Indonesia Raya akan diperdengarkan.

WR. SOEPRATMAN menyambut kata–kata SOEGONDO DJOJOPUSPITO itu dengan anggukan yang kuat dan ekspresi penuh semangat.
WR. SOEPRATMAN melayangkan tangan kirinya memegang bahu SOEGONDO DJOJOPUSPITO, mengguncang badannya dengan bersahabat. Senyum WR. SOEPRATMAN mewarnai raut wajahnya yang penuh semangat, seraya berkata.

WR. SOEPRATMAN
(dengan nada yang mantap)
UNTUK INDONESIA !!!

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
(membalas dengan nada yang mantap juga)
UNTUK INDONESIA !!!

Fade out / Fade in.

019. INT.  RUANG KANTOR KEPALA INTELIJEN HINDIA BELANDA  - SIANG
KEPALA INTELIJEN sedang duduk membaca koran Sin Po yang memuat berita Kongres Pemuda Indonesia II, dan di atas mejanya tergeletak koran Sin Po terbitan tanggal 27 Oktober 1928 yang menampilkan lagu Indonesia Raya lengkap dengan partitur dan syairnya.

KEPALA INTELIJEN
ONBENSCHAAMD !!!
(sambil membanting koran yang baru dibacanya tersebut di mejanya).

CUT TO

020. EXT. PERKEBUNAN PEPAYA - SIANG
Establishing shoot
Langit siang di atas perkebunan terlihat cerah, sedikit berawan... SOEGONDO DJOJOPUSPITO sambil membawa koran Sin Po, berjalan berdampingan di sepanjang perkebunan, bersama AMIR SJARIFUDIN.
AMIR SJARIFUDIN
Para peserta kongres sepakat lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO menghentikan langkahnya, diikuti oleh KEDUA TEMANNYA itu, ia mendongak ke langit... pandangannya menerawang... dan seulas senyum tersungging di bibirnya.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Akhirnya... Kita punya lagu kebangsaan yang bisa membakar semangat juang bangsa Indonesia.

Fade out/Fade in.

021. INT. GEDUNG TEMPAT PEMBUBARAN PANITIA KONGRES PEMUDA INDONESIA II - SIANG
Text Tittle Ketik : Desember 1928 – Pembubaran Panitia Kongres Pemuda Indonesia II.

Establishing shoot
WR. SOEPRATMAN berdiri dihadapan para hadirin peserta pembubaran panitia kongres, ia menyapu pandang kepada mereka dan menyampaikan kata pembukaan.

WR. SOEPRATMAN mulai mengangkat biolanya dan memainkan lagu indonesia Raya dengan solo biolanya. Suasana ruangan hening dan tenang... Para hadirin terpaku dibuatnya dan serentak berdiri memberi penghormatan pada lagu Indonesia Raya... Kemudian dilanjutkan dengan koor peserta pembubaran panitia kongres, yang dipimpin langsung oleh WR. SOEPRATMAN dengan diiringi biolanya.

Lagu ciptaan WR. SOEPRATMAN berkumandang, menggelorakan jiwa dan membakar semangat juang. Seakan–akan darah para hadirin yang mendengarnya mendidih oleh api semangat juang “Indonesia Merdeka“.

Fade out / Fade in.

022. INT . RUANG TAMU RUMAH SOEGONDO DJOJOPUSPITO - SIANG 
  
WR. SOEPRATMAN dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO terlibat dalam pembicaraan yang sangat serius.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Kamu harus segera meninggalkan Batavia secepatnya...
Cepat atau lambat, polisi Belanda pasti akan mencari dan menangkap kamu...

SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Beberapa teman telah ditangkap dan diinterogerasi
berkenaan dengan munculnya lagu kebangsaan Indonesia Raya...
Kupikir, sebaiknya secepatnya saja kamu pergi menyelamatkan diri... lebih baik lagi kalau siang ini juga kamu sudah meninggalkan Batavia.

WR. SOEPRATMAN
Baik mas...

CUT TO

023. INT. RUANG TAMU KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – SORE
Establish ruang tamu
OS : terdengar suara derum truk, teriakan – teriakan dan derap kaki polisi Belanda diluar rumah.

Pintu depan digedor–gedor dengan keras... sesaat kemudian pintu terbuka karena didobrak dengan paksa oleh polisi–polisi Belanda... mereka pun masuk ke rumah dan mulai memeriksa seluruh ruangan, mengacak–acak semua yang terdapat di ruangan itu.

KEPALA INTELIJEN POLISI BELANDA masuk ke dalam rumah dan menyapukan pandangannya keseluruh sudut ruangan... dia menanyakan keadaan situasi pada salah seorang anak buahnya.

KEPALA INTELIJEN
Welke voorwaarde?... Als u al gevonden de rebellen?
(artinya : bagaimana? ...apakah sudah kalian temukan pemberontak itu?)

POLISI 1
Leeg... Niemand is waarschijnlijk hier...
(artinya : Kosong... Tidak ada satu orang pun disini)

KEPALA INTELIJEN
GODVERDOMME..!!!

CUT TO

024. INT. KERETA API – SORE
WR. SOEPRATMAN memandang keluar dari jendela kereta api yang bergerak ke Soerabaya... mengamati pemandangan sepanjang perjalanan... matanya menerawang teringat saat – saat ia berada di Surabaya.

DISSOLVE TO

FLASHBACK
025. EXT. SOERABAYA 1924 – SIANG
Text Tittle Ketik : Soerabaya 1924
Suasana Kota Surabaya 1924 (footage dan Green Screen).

WR.SOEPRATMAN menapakkan langkah kakinya di Kota Surabaya, berjalan dan memperhatikan kesibukan kota. Saat sampai di depan sebuah bangunan, ia menghentikan langkahnya karena tertarik dengan papan namanya yang bertuliskan Indonesiche Study Club.
WR.SOEPRATMAN pun tersenyum.

Fade out / Fade in

026. EXT./INT. TERAS RUMAH KOESNENDAR KARTODIREDJO - SIANG
Di Surabaya WR.SOEPRATMAN tinggal di rumah Kakaknya yang bernama Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan suaminya KOESNENDAR KARTODIREDJO, seorang pegawai KPM di Soerabaya.

WR. SOEPRATMAN berdiri di teras rumah, tenggelam dalam keasyikannya memainkan biola.
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO duduk bersebelahan, memperhatikannya dengan antusias... permainan biola WR. SOEPRATMAN benar–benar menarik dan mempesona mereka berdua.

Establish
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO memberikan aplaus saat nada berakhir... mereka terlibat suasana penuh akrab sambil menikmati teh dan kue.

CUT TO

KOESNENDAR KARTODIREDJO
(dengan nada bercanda)
Kamu tidak sayang meninggalkan nona – nona cantik Indo Belanda yang ada di Makassar dik?

WR. SOEPRATMAN
(tertawa lepas)
Ya sayang juga mas...

Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO tertawa menanggapi kata – kata WR. SOEPRATMAN.

Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
Pasti cantik calon istrimu itu.

WR. SOEPRATMAN
(tertawa lepas)
Cantik mbak...
Hanya saja aku merasa tidak akan bisa mengikuti cara hidupnya... Gilang gemilang kehidupan di Makassar makin lama membuatku jenuh...
Meskipun aku diterima di kalangan orang–orang Belanda disana, tapi tetap saja di mata mereka aku ini hanya seorang inlander...

WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Banyak cerita dan lelucon mereka mengenai bangsa kita membuat hatiku sakit...
Beberapa koran terbitan dari Batavia disana banyak memberitakan perjuangan pergerakan kebangsaan...
dari situlah, dari hari ke hari, aku mulai sadar dimana sebenarnya tempatku berada... semua itu akhirnya mendorong keinginanku
untuk dapat mengikuti pergerakan kebangsaan,
karena betapapun orang hidup senang, namun
sebagai bangsa yang terjajah, kita akan selalu hidup
terbelenggu dan terhina.

Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
(ekspresi kuatir dan panik tersirat dalam nada suaranya)
Dik... ikut pergerakan seperti itu sangat berbahaya.
Bagaimana kalau kamu sampai tertangkap...???
Mereka pasti akan menyeretmu ke penjara... menyiksamu...
mereka itu kejam...

WR. SOEPRATMAN
(memotong kalimat kakaknya)
Sudah mbak...
tidak usah terlalu kuatir seperti itu.
Aku tahu resiko yang akan kuhadapi saat aku mulai terlibat dalam pergerakan kebangsaan... tapi percayalah mbak, aku bisa jaga diri.

KOESNENDAR KARTODIREDJO menggengam tangan istrinya, mencoba menenangkannya... ia menatap WR. SOEPRATMAN

KOESNENDAR KARTODIREDJO
Masalah politik saat ini adalah suatu masalah yang amat berbahaya dik... tapi aku paham bagaimana jiwa seorang pemuda yang tergerak oleh rasa kebangsaan... akupun juga seperti itu...
hanya saja aku tidak punya keberanian untuk jauh melangkah masuk ke dalamnya...

KOESNENDAR KARTODIREDJO ( CONT’D )
Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing – masing...
Sebagai anak bangsa memang sudah menjadi kewajibannya untuk membela bangsa dan tanah airnya...
Pilihan ada di tanganmu... ikuti hatimu... berjuanglah dengan caramu...

KOESNENDAR KARTODIREDJO ( CONT’D )
Jujur dik... aku bangga punya adik sepertimu...
Aku bisa melihat gelora semangat perjuangan dan jiwa kebangsaan yang kuat pada dirimu... sesuatu yang selama ini hanya bisa terpendam dalam pikiranku...

KOESNENDAR KARTODIREDJO menatap istrinya dengan masih menggengam tangannya.

KOESNENDAR KARTODIREDJO
(suaranya menenangkan)
Aku tahu bagaimana kuatirnya kamu...
Tapi percayalah... Wage pasti akan baik – baik saja..

Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH mengangguk pelan... lalu menatap WR. Soepratman...

Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
Aku ingin kamu berjanji satu hal kepadaku dik...
Hati–hati dalam setiap langkahmu... jaga diri kamu baik–baik,
jangan sampai terjadi hal yang buruk padamu...
Jangan sampai tertangkap.

Air mata NY. ROEKINAH SOEPRATIRAH menetes...

WR. Soepratman pun beranjak dari duduknya dan mendekati kakak perempuannya itu... berjongkok di depannya sambil meraih tangannya dan menggenggamnya...

WR. SOEPRATMAN
Ya mbak... aku janji.

Keduanya pun berpelukan layaknya kakak dan adik... Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH mulai terisak–isak...

WR. SOEPRATMAN
(menenangkan kakak perempuannya itu)
Sudah mbak...

KOESNENDAR KARTODIREDJO pun menjadi terharu juga melihat hal itu... tanpa disadarinya, air matanya pun menetes... buru–buru ia menghapusnya....

CUT TO

027. INT. KERETA API – MALAM
WR. SOEPRATMAN memandang keluar dari jendela kereta api yang bergerak ke Soerabaya... masih mengamati pemandangan sepanjang perjalanan... matanya menerawang, ingatannya kembali saat–saat itu.

DISSOLVE TO

ONLY SOUND : Suara denting halus peralatan makan.

FLASH BACK
028. INT. RUANG MAKAN RUMAH KOESNENDAR KARTODIREDJO - MALAM 
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH, KOESNENDAR KARTODIREDJO dan WR. SOEPRATMAN  sedang makan malam pada satu meja makan.

WR. SOEPRATMAN
(membuka percakapan)
Mbak...mas...saya ada rencana mau ke tempat bapak.

KOESNENDAR KARTODIREDJO
(sedikit terkejut)
Kenapa dik...kok tiba–tiba ingin ke tempat bapak?

WR. SOEPRATMAN
Saya ingin menengok bapak... sudah lama juga saya tidak ketemu bapak.. saya kangen mas.

NY. ROEKINAH SOEPRATIRAH
oo...kalau seperti itu alasannya ya tidak apa – apa dik.. kukira kamu tidak krasan tinggal disini...
(sambil tersenyum pada suaminya)

WR. SOEPRATMAN
(tertawa kecil)
Bukan begitu mbak.... saya krasan sekali tinggal di sini.
Selain mau menengok bapak, saya juga bermaksud mencari pekerjaan di sana..
Surabaya menyenangkan...hanya saja saya kecewa melihat suasana pertentangan antar golongan di Surabaya mas...

KOESNENDAR KARTODIREDJO
Hmmm.... (sambil menghela nafas pendek)
Kapan rencana kamu berangkat ke Cimahi?

  WR. SOEPRATMAN
Lusa mas...

Fade out / Fade in

029. EXT. STASIUN KERETA API SOERABAYA – PAGI

Establish : Stasiun kereta api Soerabaya.
WR.SOEPRATMAN keluar dari kereta api dengan menjinjing tas yang tidak terlalu besar.

Fade out / Fade in

030. INT. RUMAH PERSEMBUNYIAN WR. SOEPRATMAN – PAGI
Text Tittle Ketik : 1 Agustus 1938, Rumah Kediaman WR. Soepratman di Soerabaya

ONLY SOUND : kicau suara burung di pagi hari.
WR. SOEPRATMAN terlihat sedang duduk termenung di kursinya... raut wajahnya terlihat gelisah..
Sesaat kemudian ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan perlahan menuju pintu... berhenti sejenak sambil mengamati pegangan pintu dalam genggamannya...
Setelah menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, ia pun membuka pintu... cahaya pagi yang hangat menyilaukan menyorot seiring terbukanya pintu.

CUT TO

031. EXT. STUDIO RADIO NIROM, MALANG - SIANG
Text Tittle Ketik : 1 Agustus 1938, Radio NIROM, Jalan Embong Malang

Establishing shoot
Pintu studio Radio NIROM terbuka dan WR. SOEPRATMAN melangkah keluar. Baru beberapa langkah dari pintu, ia dikejutkan oleh sergapan polisi rahasia Belanda. Tanpa perlawanan ia lalu digelandang dengan paksa ke dalam truk yang sudah menunggu di jalan.

Fade out/Fade in.

032. INT. RUANG PENYIKSAAN PENJARA KALISOSOK - SIANG

Ruangan penyiksaan yang sempit dan lembab, lampu gantung yang bergerak–gerak berayun, bersinar kuning temaram membuat ruangan itu menjadi bertambah suram.

Dengan wajah lebam tertunduk, WR. SOEPRATMAN duduk terikat erat tangan dan kakinya pada sebuah kursi kayu yang terpatri pada lantai ruangan... matanya terpejam.

Terdengar suara berat langkah kaki bersepatu bot dan suara kunci membuka pintu besi sel... suara langkah itu makin terdengar lebih keras mendekat... dan sekonyong – konyong seember air diguyurkan dengan keras dari depan ke wajah WR. SOEPRATMAN.

BANGUN !!!!

Bentakan keras terdengar seiring dengan kepanikan WR. SOEPRATMAN, nafasnya tersenggal–senggal dan terbatuk hebat karena banyak air yang masuk ke pernafasannya...

Pelan–pelan mata WR. SOEPRATMAN terbuka, dan dalam penglihatannya yang buram terlihat dua wajah polisi yang berekspresi dingin.

Belum pulih kesadarannya... dalam pandangannya yang masih buram, bogem mentah salah satu polisi melayang ke wajahnya... dan pandangannya kembali gelap.

Fade out/Fade in.

033. INT. SEL PENJARA – SIANG

Ruang sel yang sempit dan lembab... suram... tanpa lampu... cahaya temaram dari lorong masuk melalui sela–sela jeruji.
Di sudut ruangan WR. SOEPRATMAN terbaring meringkuk, tanpa mengenakan baju, celana panjang yang dikenakannya terlihat kotor dan lusuh, terdapat beberapa robekan... badannya yang penuh lebam dan luka sundutan rokok... tenaganya hampir tidak ada untuk membuat tubuh kedinginannya menggigil... nafasnya terdengar berat... dari wajahnya yang lebam tersungging senyum... matanya pun menerawang jauh... begitu jauh...

DISSOLVE TO.

ONLY SOUND :

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Wage...

FLASH BACK.
034. INT. RUMAH SERSAN  DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO – SIANG

WAGE SOEPRATMAN REMAJA menatap bapaknya.

ESTABLISHING SHOOT Rumah.

Siang itu SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARJO, WAGE SOEPRATMAN REMAJA serta kakaknya NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan suaminya yang seorang tentara KNIL Belanda berpangkat Sersan, WILLEM VAN ELDIK, berkumpul di ruang tamu.

SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Wage…
Kakakmu berniat mengajak kamu ke Makassar dan sekolah di sana,
apakah kamu mau sekolah dan menetap di makassar?

Wajah WAGE SOEPRATMAN REMAJA tidak menjawab, hanya menampakkan sedikit raut kebingungan di wajahnya.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
(berusaha meyakinkan Wage Soepratman)
Wage… di sana kamu akan kami masukan ke sekolah Belanda..
Kamu pintar… sayang kalau tidak meneruskan sekolah.
Disana kamu tidak usah kuatir tidak mendapat teman…
anak – anak disana baik – baik semua, kamu pasti akan punya banyak teman.
pelajarannya lebih maju daripada sekolah pribumi.

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
 Iya.. Saya akan bantu kamu untuk masuk di sekolah Belanda di Makassar
agar masa depan kamu bagus… en perlu kamu tahu,
di sana orang inlander tidak di terima masuk sekolah orang Belanda…
nama kamu akan saya tambahkan Rudolf.. 
 Jadi nama kamu Wage Rudolf Soepratman…

WILLEM VAN ELDIK ( CONT’D )
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Disana nanti kamu akan saya ajari musik…
Kamu pintar sekali… jadi, saya rasa kamu pasti bisa cepat belajar.

WAGE SOEPRATMAN REMAJA menatap bapaknya meminta pendapat.
SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARJO tersenyum  dan mengangguk... 
Wage menatap kakak perempuannya dan mengangguk tanda menyetujui ajakan 
kakak perempuannya itu.

035. EXT. ESTABLISH KOTA MAKASSAR 1914 (Stock  Shoot)

Fade out / Fade in

036. INT. RUANG TAMU RUMAH VAN ELDIK - SIANG  

WR.SOEPRATMAN REMAJA, NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK, serta WILLEM VAN ELDIK  baru saja tiba dari Batavia.
WR.SOEPRATMAN REMAJA tertarik pada sebuah alat musik (biola) yang terpajang rapi di ruangan itu.

WR. SOEPRATMAN REMAJA
Kak Willem... itu alat musik apa?

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Itu namanya Violin.

WR.SOEPRATMAN REMAJA mendekati biola itu dan merabanya

WR. SOEPRATMAN REMAJA
Kakak bisa memainkannya?

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Tentu... kamu mau dengar?

WR. SOEPRATMAN REMAJA tersenyum, VAN ELDIK mengambil biola itu dan memainkan satu lagu klasik dari Beethoven.
WR. SOEPRATMAN REMAJA terkesima dan memperhatikan dengan takjub permainan biola WILLIEM VAN ELDIK.. 
CUT TO

037. INT. KAMAR  WR. SOEPRATMAN REMAJA MAKASSAR - MALAM

WR.SOEPRATMAN REMAJA masih terngiang-ngiang  alunan nada dari suara biola yang di mainkan oleh  WILLEM VAN ELDIK  tadi.
Timbul kenginan untuk mempelajari alat musik itu... sambil berbaring di tempat tidur, wajahnya tersenyum... dengan kidalnya, ia  membayangkan seakan–akan sedang memainkan alat musik itu... mulutnya lirih menyenandungkan penggalan nada, yang diingatnya dari lagu Beethoveen yang dimainkan oleh WILLEM VAN ELDIK siang tadi.
Khayalan itu membuat WR.SOEPRATMAN REMAJA tertidur.

CUT TO

038. INT. SEL PENJARA – SIANG
Mata WR. SOEPRATMAN berkedip... bibirnya menyunggingkan senyum yang lebih lebar... dan matanya kembali menerawang jauh.

DISSOLVE TO

ONLY SOUND : suara sendok dan garpu berdenting

FLASH BACK
039.INT. RUANG MAKAN RUMAH WILLEM VAN ELDIK - PAGI
WILLEM VAN ELDIK dan WR.SOEPRATMAN REMAJA sedang menikmati sarapan pagi dengan gaya Belanda... Sementara NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK sibuk melayani makan suaminya mengambilkan nasi goreng.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Wage, ayo habiskan makananmu kita segera berangkat.

WR.SOEPRATMAN REMAJA dengan lahap menghabiskan makanannya.

CUT TO

040. EXT. ESTABLISH SEKOLAH EUROPEES LAGERE SCHOOL (E.L.S.) - PAGI
Set sekolahan Belanda tahun 1914.

CUT TO

041. INT. KANTOR  KEPALA SEKOLAH  E.L.S. - PAGI
WR.SOEPRATMAN REMAJA dan NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK menghadap kepala sekolah untuk mendaftarkan WR.SOEPRATMAN REMAJA pada sekolah tersebut dengan didampingi  WILLEM VAN ELDIK.

WILLEM VAN ELDIK
(dalam bahasa Belanda menyapa kepala sekolah E.L.S)
Goedemorgen....

KEPALA SEKOLAH berdiri menyambut kedatangan WILLEM VAN ELDIK dan NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK

KEPALA SEKOLAH
Goedemorgen, Sergeant... ga zitten.
hoe kan ik u helpen?
(artinya : Selamat pagi Sersan... silahkan duduk. Ada yang bisa saya bantu?)

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Ya... saya ingin mendaftarkan anak saya untuk belajar di sekolah ini, Tuan...

Perhatian KEPALA SEKOLAH tertuju kepada WR. SOEPRATMAN REMAJA...

Wajah NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK nampak cemas menanti  jawaban kepala sekolah di terima atau tidakkah Wage belajar di sekolah ini.

KEPALA SEKOLAH
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Apakah betul dia ini anak kandung Sersan?

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Ya.....ya....namanya Wage Rudolf Soepratman.

KEPALA SEKOLAH nampak ragu dengan apa yang di katakan WILLEM VAN ELDIK

KEPALA SEKOLAH
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Sersan tentu sudah mengetahui kalau di sekolah ini inlander tidak di terima... tapi kalau pribumi itu masih ada keturunanan ningrat itu masih bisa di pertimbangkan.

NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Tuan Kepala Sekolah...
Wage ini anak yang pintar, sangat di sayangkan kalau mendapat pendidikan di sekolah pribumi... saya berharap tuan Kepala Sekolah bisa mempertimbangkan hal itu.....

WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Ya....
saya harap Tuan Kepala Sekolah bisa mempertimbangkan hal itu.

KEPALA SEKOLAH diam sejenak sambil mengamati WR. SOEPRATMAN, NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan WILLEM VAN ELDIK secara bergantian.

KEPALA SEKOLAH
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Baiklah...
Besok pagi Rudolf bisa mulai masuk sekolah.

Wajah NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK berseri mendengar jawaban KEPALA SEKOLAH itu...
WR. SOEPRATMAN merasakan guncangan lembut saat kakak perempuannya itu merangkul dan mengelus kepalanya... ia bisa merasakan kebahagiaannya.

Fade out / Fade in

042. INT. KELAS - PAGI
Text Tittle Ketik : EUROPEES  LAGERE SCHOOL

Hari pertama masuk sekolah WR.SOEPRATMAN REMAJA agak canggung berkumpul dengan anak anak Belanda dan priyayi yang bersekolah di situ.

GURU
Kinderen–meisjes… heb je een nieuwe vriend. Hij kwam net binnen uit Batavia.
Kom op Wage Rudolf... Jezelf voorstellen aan mijn vrienden.

(artinya : Anak anak... kalian mempunyai teman baru. Dia baru datang dari Batavia.
Ayo wage Rudolf... perkenalkan dirimu kepada teman – temanmu)

WR.SOEPRATMAN REMAJA maju ke depan dan memperkenalkan diri.

Fade out / Fade in

043. ADEGAN FLASHES

1. Dari hari ke hari WR.SOEPRATMAN REMAJA belajar sangat tekun di sekolah itu.
2. WR.SOEPRATMAN REMAJA belajar dengan tekun pada malam hari.
3. WR.SOEPRATMAN REMAJA selalu bisa menjawab pertanyaan dari GURU.

Fade out / Fade in

044. INT. KELAS - SIANG
Ditengah pelajaran sedang berlangsung, tiba tiba masuk seorang GURU LAIN dan berbicara pada GURU yang sedang mengajar.
Kemudian guru itu memangil WR.SOEPRATMAN REMAJA.

GURU
Wage Rudolf, kamu sekarang pergi menghadap Kepala Sekolah.

WR.SOEPRATMAN REMAJA yang merasa tidak pernah berbuat kesalahan merasa  bingung atas panggilan ini.
WR.SOEPRATMAN REMAJA pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuruti perintah gurunya.

CUT TO

045. INT. SEL PENJARA – MALAM
Ruang sel yang sempit dan lembab... suram... tanpa lampu... cahaya temaram dari lorong masuk melalui sela – sela jeruji.
Di sudut ruangan tergeletak sosok tubuh WR. SOEPRATMAN yang terlihat kurus meringkuk tanpa baju, diam tak bergerak... matanya terpejam... sesungging senyum tertinggal di wajahnya......

DISSOLVE TO

046. EXT. BACKGROUND ALAM INDONESIA.
WR. SOEPRATMAN REMAJA sedang memainkan biolanya dengan penuh penghayatan... ia memainkan simponi lagu Indonesia Raya dengan penuh perasaan... di wajahnya tergambar perasaan yang bahagia... tenggelam dalam kenikmatan memainkan biolanya.

Fade out/Fade in.

047. INT. SEL PENJARA – SIANG
Dua orang pribumi pengurus penjara masuk ke dalam sel dan mulai mengurus jenasah WR. SOEPRATMAN.

Salah seorang pengurus penjara tadi melihat secarik kertas dalam genggaman WR. SOEPRATMAN dan mengambilnya tanpa sepengetahuan temannya. Setelah membacanya sekilas.. cepat–cepat kertas itu diselipkan di saku celananya.

Fade out/Fade in.

048. EXT. PEMAKAMAN - SORE
Establishing shoot :
Langit sore di atas pekuburan Rangkah terlihat agak mendung... OERIP KESANSENGARI dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO berdiri mematung di depan gundukan tanah merah, tempat bersemayamnya jenasah WR. SOEPRATMAN... Tidak ada orang lain lagi di situ selain mereka berdua, pekuburan lengang.
OERIP KESANSENGARI mengeluarkan secarik kertas lusuh yang terlipat rapih dari saku kemejanya, dibentangkannya perlahan kertas itu dengan kedua tangannya sehingga terbaca tulisan tangan yang berbunyi :

“Nasibkoe soedah begini, inilah yang disoekai oleh pemerintah belanda. Biarlah saja meninggal, saja ichlas. Saja toh soedah beramal, berjoeang dengan tjarakoe, dengan biolakoe. Saja jakin, Indonesia pasti merdeka.“

Oerip Kesansengari tidak dapat membendung lagi perasaan sedihnya... ia merasa sangat kehilangan.. kepergian WR. SOEPRATMAN meninggalkan banyak kenangan yang menyenangkan...

Ia masih tidak bisa menerima kematian sahabatnya dengan cara mengenaskan tersebut...
Air matanya pun tak dapat ia bendung lagi... tangisnya pun akhirnya tumpah juga...

SOEGONDO DJOJOPUSPITO yang bersamanya mendekat menghampirinya dan memegang bahu salah satu sahabatnya itu untuk menguatkannya.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Relakanlah kepergiannya mas...
 
OERIP KESANSENGARI pun mulai berusaha mengendalikan emosinya, sedikit – demi sedikit tangisnya pun mulai reda hingga tertinggal isakan berat...
 
OERIP KESANSENGARI
(dengan suara berat di sela isak tangisnya yang masih tersisa)
Awalnya ia tidak sengaja membeli majalah Timboel terbitan Solo tahun 1923 saat di Batavia...
Di dalamnya ada artikel berjudul “Manakah Komponis Indonesia Jang Bisa Tjiptakan Lagoe Kebangsaan Jang Dapat Bangkitkan Semangat Rakjat“...

(menghela nafas dalam)

OERIP KESANSENGARI ( CONT’D )
Tulisan itu seolah–olah memang ditujukan kepada dirinya.

OERIP KESANSENGARI menundukkan kepalanya, mengeraskan rahangnya menahan perasaan yang bergejolak.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO menatap OERIP KESANSENGARI,

SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Masih melekat jelas di ingatanku...
Saat itu... Ia datang menawarkan padaku supaya diberi kesempatan memperdengarkan lagu anyarnya itu kepada peserta kongres...
bisa kurasakan darahnya mendesis... Percaya dirinya begitu kuat... sehari sebelum kongres dibuka, dia menulis di Sin Po tentang lahirnya sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Kita patut bangga kepadanya...
Aku benar – benar bangga kapadanya...
Oleh karena dia, jiwa bangsa yang semula terbelenggu oleh penindasan penjajah Belanda beratus – ratus tahun... kini, menjadi bangun kembali oleh berkumandangnya lagu “Hiduplah Indonesia Raya“.

SOEGONDO DJOJOPUSPITO dan OERIP KESANSENGARI pun berpandangan.

Raut wajah mereka menggambarkan ekspresi bangga dan penuh keyakinan bahwa kepergian WR. SOEPRATMAN telah mewariskan Jiwa Kebangsaan yang sangat tinggi. Rasa nasionalismenya itu membuahkan karya bernilai tinggi yang kemudian hari telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional.

Fade out/Fade in.

049. DISSOLVE FOTO – FOTO PERJUANGAN KEMERDEKAAN

NARASI :
Dalam perjalanan sejarahnya, terjadi beberapa perubahan teks. Pernah dilarang Jepang dan diperbolehkan lagi pada pertengahan tahun 1945. Diseragamkan lewat peraturan tertanggal 26 Juni 1958.

Kebesaran Indonesia Raya terungkap antara lain dari pernyataan presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Katanya : “...Setia kepada Indonesia Raya, setia kepada lagu Indonesia Raya yang telah kita ikrarkan sebagai lagu perjuangan...“

050. STATEMENT AHLI WARIS WR. SOEPRATMAN

INSERT STOCK SHOT : FOTO – FOTO WR. SOEPRATMAN

NARASI :
Lagu kebangsaan Indonesia Raya lahir pada jaman pergerakan bangsa menuju kemerdekaan... lahir sebelum Negara Republik Indonesia itu sendiri lahir.

Demikianlah dalam perjuangan cita – cita bangsa Indonesia menuju kemerdekaan bangsa, terdapat banyak peristiwa penting, yang kemudian ternyata mempunyai arti sejarah. Diawali dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, yang merupakan titik pangkal bangkitnya nasionalisme kaum terpelajar bangsa Indonesia dan tumbuhnya kesadaran menuju Indonesia merdeka.

051. STATEMENT AHLI SEJARAH

INSERT STOCKSHOT :
-       MUSEUM WR. SOEPRATMAN
-       MUSEUM SUMPAH PEMUDA
-       SITUS MAKAM WR. SOEPRATMAN

NARASI :
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa.
Jasa–jasa WR. Soepratman bukan hanya menggubah lagu kebangsaan kita. Ia adalah tokoh yang bisa mempersatukan serta membangkitkan semangat  perjuangan dan patriotisme bangsa melalui musik.

Atas jasanya kepada Negara, pada tahun 1971, oleh pemerintah Indonesia, beliau dianugerahi bintang Maha Putra Anumerta Kelas III.

Wage Rudolf Soepratman meninggal dunia di Surabaya, Jawa Timur, tanggal 17 Agustus 1938 pada usia 35 tahun. WR. Soepratman dimakamkan di pemakaman Kapasan yang berada di Jalan Kenjeran, Surabaya.

Hari kelahiran WR. Soepratman, 9 Maret, diresmikan oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI, sebagai Hari Musik Nasional.

SELESAI