by Victor da Costa
Fade out / Fade in
000 . TRADE MARK :
KEMENTERIAN
SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DISSOLVE TO
DIREKTORAT
KEPAHLAWANAN
KEPERINTISAN DAN
KESETIAKAWANAN SOSIAL
MEMPERSEMBAHKAN
DISSOLVE TO
001.INT. LORONG PENJARA KALISOSOK - MALAM
Beberapa kaki-kaki tentara Belanda yang bersepatu lars berjalan agak
cepat mengiring kaki yang tidak bersepatu...
CUT TO
002. INT. RUANG SEL - MALAM
Tahanan Itu di dorong masuk sel oleh salah satu tentara Belanda,laki–laki itu terjerebab masuk menahan sakit... laki laki itu, yang tak lain adalah WR.
SOEPRATMAN, diam dengan tetap mehanan rasa sakit yang di deritanya...
Pandangan nya menatap
kosong ke depan camera track in sampai big CU
Fade out / Fade in.
003. INT. SUDUT RUMAH SAKIT - SIANG
Text Tittle Ketik : Meester Coornelis
Jati Negara Jakarta, 9 Maret Tahun 1903, 11.00 wib
SERSAN DJUMENO
SENEN SASTROSUHARDJO terlihat sangat gelisah wajahnya tergambar kekhawatiran, menunggu kelahiran putranya yang ketujuh. Ia bersama dengan anak- anaknya ROEKIJEM
SOEPARTIJAH yang berusia dua belas tahun, ROEKINAH SOEPARTIRAH yang berusia
sembilan tahun, NGADI SOEPRATINI yang berusia lima tahun, dan SARAH yang
berusia satu tahun.
ROEKIJEM
SOEPARTIJAH menggendong SARAH adiknya yang baru berusia satu tahun.
Tiba-tiba di
tengah kegelisahannya SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO dipangil SUSTER,
SUSTER
Bapak Djumeno… Selamat pak, anak anda sudah lahir dengan selamat
Silahkan bapak masuk ….
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Alhamdulillah…
Wajah SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO berubah dari tegang dan gelisah menjadi lega,
setelah memberi sinyal kepada anak – anaknya, SERSAN DJUMENO SENEN
SASTROSUHARDJO bergegas masuk ke dalam ruang bersalin untuk melihat keadaan istri dan anaknya yang baru saja lahir
dengan di ikuti anak-anaknya.
CUT TO
004. INT. RUANG BERSALIN - SIANG
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO tersenyum bahagia ketika melihat anak ketujuhnya
yang berjenis kelamin laki laki
itu.
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO mendekati dan mencium kening isrinya NY.SITI SENEN,
kembali SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO menatap Bayi laki lakinya.
Digenggamnya
tangan mungil bayi dalam dekapan istrinya itu... didekatkannya wajahnya pada
wajah mungil itu...
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
(sambil
setengah berbisik)
Hai...
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Karena
pasaran lahirmu wage aku beri nama kamu
Wage...
wage soepratman
NY. SITI SENEN dan
anak-anaknya tersenyum.
Kegembiraan dan
sukacita mewarnai suasana ruangan.
MAIN TITLE
WAGE
RUDOLF SOEPRATMAN
KELAHIRAN
LAGU INDONESIA RAYA
Fade out / Fade in
CREDIT TITLE
005. ESTABLISH BATAVIA 1925 (Stock Shoot)
Credit title masih
berjalan.
Fade out / Fade in
006. INT. RUANG TAMU
KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN - SIANG
Ditemani secangkir kopi hitam, WR. SOEPRATMAN yang berprofesi sebagai
wartawan Sin Po sedang tenggelam dalam pekerjaannya menulis berita tentang
Kongres Pemuda Indonesia I yang diliputnya pada tanggal 30 April sampai 2 Mei
kemarin, untuk dimuat di surat kabar Sin Po tempatnya bekerja. Terlihat jelas
kekuatan tulisan WR. SOEPRATMAN saat mengetikkan isi liputan Kongres Pemuda
Indonesia I itu.
CUT TO
007. EXT./INT. RUMAH
WR. SOEPRATMAN - SIANG
Di depan pintu
rumah WR. SOEPRATMAN, tasnya
yang besar dan terlihat berat diletakkannya di lantai teras, OERIP KASANSENGARI
yang masih memiliki hubungan keluarga karena adik Oerip Kasansengari, B.M.
Santosa Kasansengari menikah dengan Gijem Soepratinah, adik dari WR. SOEPRATMAN,
mengetuk pintu dengan mengucapkan salam.
Title berupa tulisan ketik “Oerip Kasansengari” saat Close Up
Oerip Kasansengari.
CUT TO
008. INT. RUANG TAMU
KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – SIANG
WR. SOEPRATMAN yang masih tenggelam dalam tulisannya menghentikan
pekerjaannya dan menatap pintu rumahnya sesaat setelah ia mendengar suara
ketukan halus dan ucapan salam dari pintu rumahnya.
WR. SOEPRATMAN pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke arah pintu...
Sebelum membuka pintu, ia menyempatkan diri untuk menengok siapa gerangan
yang datang dengan menyibakkan gorden jendela.
Alangkah terkejutnya ia setelah mengetahui siapa yang datang. Dan dengan
bergegas ia membukakan pintu.
Disambutnyalah OERIP KASANSENGARI, saudara iparnya itu dengan suka cita dan
dipersilahkannya masuk.
WR. SOEPRATMAN
( tersenyum senang )
Heeee.... apa kabar
mas???
Mari masuk...
OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Baik dik...
Sambil masuk ke dalam, WR. Soepratman membawakan tas Oerip Kasansengari.
Sesampainya di dalam, WR. SOEPRATMAN mempersilakan OERIP KASANSENGARI untuk
duduk.
WR. SOEPRATMAN
Silakan duduk mas...
OERIP KASANSENGARI
duduk sambil melihat ke sekeliling ruangan.
WR. SOEPRATMAN
Sebentar mas...
kuambilkan minum dulu...
OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Air putih saja dik...
Kopi nanti malam
saja..
WR. SOEPRATMAN
(sambil tertawa lebar)
Ya mas...
OERIP KASANSENGARI
memperhatikan pekerjaan WR. SOEPRATMAN di atas meja... dia mendekat ke arah
mesin ketik dan membaca apa yang tertulis di situ dengan manggut–manggut...
Tak lama kemudian WR.
SOEPRATMAN masuk ke ruang tamu dengan membawa air minum untuk OERIP
KASANSENGARI.
OERIP KASANSENGARI
segera menyambut minuman tersebut...
OERIP KASANSENGARI
( senyum lebar mengiasi wajahnya )
Terima kasih ya dik...
OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
Maaf aku sudah
mengganggu pekerjaanmu dik...
WR. SOEPRATMAN
( bergegas memotong kalimat Oerip )
Tidak apa-apa mas...
kebetulan aku sedang butuh teman untuk menguatkan tulisan–tulisan ini...
Memang Tuhan Maha Tahu
keinginanku, sehingga dikirimnya mas Oerip kesini untuk menemaniku.
OERIP KASANSENGARI
( tertawa lepas )
Bisa saja kau ini
dik...
OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
( tersenyum lebar )
Aku punya waktu luang
satu minggu... kalau memang kamu butuh tambahan pelajaran politik,,, kenapa
tidak.!!
WR. SOEPRATMAN
( tertawa lepas )
Bagus....
Selama satu minggu ini
ruang tamu ini akan menjadi kelas politik...
Mereka berdua tertawa terbahak.
CUT TO
009. INT. RUANG TAMU
KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN - MALAM
Ruangan itu diterangi cahaya lampu pijar berwarna kuning yang cukup terang.
WR. SOEPRATMAN dan OERIP KASANSENGARI terlibat perbincangan
Di atas meja, kopi hitam dan ubi rebus yang masih mengebul pun setia
menemani mereka. WR. SOEPRATMAN memanggil OERIP KASANSENGARI dengan
sebutan “mas“ karena ia lebih muda usianya daripada
OERIP KASANSENGARI.
WR. SOEPRATMAN
Begini mas hidupku
sekarang... jauh berbeda dibanding saat di Makassar... ( senyum lebarnya
menghiasi kata – katanya )... Sudah tidak ada lagi gilang gemilang penuh dansa
dansi dengan nona – nona Indo Belanda... ( diiringi tawa kecil )
WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Setelah di Batavia, aku
rela menerima kenyataan hanya jadi kuli tinta... Aku pernah hampir patah
semangat saat mengalami kegagalan dalam mendirikan kantor berita Alpena bersama
kawanku, Harun Harahap dan Parada Harahap... tapi pidato – pidato para tokoh
politik kaliber besar seperti Bung Karno, Bung Hatta, MH. Thamrin, yang selalu
menganjurkan dan bercita – cita ke arah Indonesia Merdeka membuat semangatku
bangkit kembali...
WR. SOEPRATMAN (
CONT’D )
Meskipun aku hidup
dalam kemiskinan, aku menikmati menjadi pemburu berita, menjadi penyambung
lidah bagi bangsaku... karena menurutku, salah satu cara “masuk“ menjiwai
semangat perjuangan adalah menjadi wartawan
OERIP KASANSENGARI
Seorang pahlawan
mempunyai jiwa yang seirama dengan amanat penderitaan rakyat... Dengan percikan
tinta jiwa patriotiknya, mereka mengabdi kepada tanah air dan bangsa.
Kulihat kamu memenuhi
syarat untuk itu dik...
Oerip Kasansengari menutup kata–katanya tersebut dengan senyum lebar...
WR. SOEPRATMAN
( tertawa lepas )
Ingin jadi pahlawan
bagi bangsa dan tanah air itu pasti mas... tapi aku masih jauh dari kriteria
itu...
Justru mas Oeriplah
yang punya semua kriteria itu...
Belum selesai WR. Soepratman meneruskan kata–katanya, Oerip Kasansengari memotongnya
dengan tawa lepas.
OERIP KASANSENGARI
Sudahlah... yang
terpenting sekarang adalah tindakan...
Kita semua bisa menjadi
pahlawan... bagi diri kita sendiri, keluarga, teman, bahkan bagi bangsa dan
tanah air...
Fade out / Fade in
WR. SOEPRATMAN
Aku pernah membaca
satu karangan politik yang mengutip majalah Hindia Putra, suara para mahasiswa
setanah air yang belajar di negeri Belanda dan bergabung dalam organisasi Indonesiche
Vereenigning... Tulisan itu membuat hatiku terkesan.
WR. SOEPRATMAN (
CONT’D )
Sudah sejak tahun 1922
mereka memiliki kesadaran politik dan rasa kebangsaan yang tinggi... Seperti
yang mereka nyatakan dalam majalah itu : mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia
yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata–mata.
WR. SOEPRATMAN (
CONT’D )
Menurut mereka, hal
demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan
dengan pertolongan siapapun juga, segala jenis perpecahan haruslah dihindarkan
supaya tujuan itu lekas tercapai.
OERIP KASANSENGARI
Itulah...
Aku muak dengan
politik Divide Et Impera Belanda...
Di dalam pemerintahan
dan masyarakat, kita dipecah belah...
Ada Europeesch Bestuur
dan Inlandsch Bestuur.
...Grondwet yang
diadakan bangsa Belanda dan berlaku di negeri Belanda berlainan maksud dan
tujuannya dengan Indische Staadsregeling yang diadakan dan berlaku di sini.
OERIP KASANSENGARI ( CONT’D )
O ya dik... bagaimana
dengan kegiatan bermusik kamu?
WR. SOEPRATMAN
Beberapa waktu yang
lalu... Aku baca satu artikel di majalah Timboel terbitan Solo mas... Di artikel
tersebut penulis menanyakan kapan ada komponis Indonesia yang dapat menciptakan
lagu kebangsaan Indonesia, yang dapat menggelorakan semangat rakyat.
OERIP KASANSENGARI
O ya...???!!!
OERIP KASANSENGARI menyimak dengan antusias penuturan WR. SOEPRATMAN
tentang isi artikel di majalah Timboel yang terbit di Solo, Jawa Tengah, yang
pernah dibacanya.
WR. SOEPRATMAN
Pertanyaan dalam
majalah Timboel itu sungguh menarik
perhatian saya mas... Kalau bangsa Belanda punya lagu kebangsaan Wilhelmus, mengapa Indonesia belum punya ???.
perhatian saya mas... Kalau bangsa Belanda punya lagu kebangsaan Wilhelmus, mengapa Indonesia belum punya ???.
...Oleh sebab itu aku
sekarang sedang mulai mengarang lagu, dan aku juga telah memberitahukan hal ini
kepada bapak dan saudara–saudara yang lain untuk mendapat restunya.
OERIP KASANSENGARI menyambut
baik gagasan WR. SOEPRATMAN tersebut.
OERIP KASANSENGARI
Dalam situasi politik
Belanda yang memecah belah bangsa dan memelaratkan rakyat, serta politik
diskriminasi antara penjajah dengan yang dijajah saat ini, memang perlu segera
ada lagu – lagu pergerakan dik... terutama lagu kebangsaan Indonesia... Lagu
yang yang seharusnya dapat mengobarkan semangat juang rakyat.
...Keinginanmu itu
sungguh mulia.
...Kudoakan semoga
kamu berhasil dengan cita – citamu itu dik.
Senyum lebar menghiasi wajah mereka berdua, lalu mereka
bersamaan mengambil cangkir kopi masing–masing dan melakukan toast...UNTUK
INDONESIA !!!
CUT TO
010. INT. RUANG TAMU
KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – MALAM
WR. SOEPRATMAN berbaring di atas kursi panjang... dia menatap langit–langit ruang tamunya... matanya menerawang...
DISSOLVE TO
FLASHBACK
011. INT. RUMAH WILLEM VAN ELDIK – SIANG
WR. SOEPRATMAN
mengamati NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK sedang menjahit beberapa pakaian suaminya.
WR.SOEPRATMAN
Mbak...
NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK menghentikan kegiatan menjahitnya lalu menatap WR.
SOEPRATMAN.
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Ada apa?
WR.SOEPRATMAN
Apa benar mbak... kita
ini masih keturunan dari perwira Pangeran Diponegoro?
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Ya benar...
...Menurut cerita ibu
kita, memang kita ini masih ada darah keturunan dari perwira Pangeran
Diponegoro.
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK ( CONT’D )
Ketika perang
Diponegoro berakhir, para perwira Pangeran Diponegoro tidak menyerahkan diri
kepada Belanda, tapi mereka bersembunyi di dataran tinggi gunung Seberuk...
Mereka membuka hutan dan mendirikan desa baru yang diberi nama Somongari
menurut nama nenek moyangnya.
Wajah WR.SOEPRATMAN terlihat sangat terkesan.
WR.SOEPRATMAN
Mbak... saya mau mohon
ijin untuk pulang ke Jawa.
Saya ingin mencari
pekerjaan disana.
NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK menatap
WR.SOEPRATMAN seakan tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
Fade out / Fade in
012. INT.RUANG MAKAN RUMAH VAN ELDIK .PAGI
( INSERT : Kesibukan
pagi sebelum masuk ke adegan ini )
NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK, WILLEM
VAN ELDIK dan WR.SOEPRATMAN sedang menikmati sarapan pagi nasi goreng.
WILLEM VAN ELDIK
( berbicara dengan aksen Belanda )
Apakah kamu sudah
memikirkan dengan matang keputusanmu
untuk bekerja di Jawa?
untuk bekerja di Jawa?
Karena saya rasa
kehidupan kamu di sini sudah bagus
dan masa depan kamu ada di sini.
dan masa depan kamu ada di sini.
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Wage.... Coba pikirkanlah lagi keputusanmu itu.
WR.SOEPRATMAN
Saya sudah memikirkan
hal itu mbak...
NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan WILLEM VAN ELDIK saling berpandangan.
NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK kemudian kembali menatap WR.SOEPRATMAN
sambil menghela nafas. Ia mulai mengerti bahwa adik kesayangannya ini telah
dewasa.
Ia sadar, meskipun
berat hati, ia harus merelakan adiknya ini mengikuti panggilan hatinya.
Dalam hatinya, ia
merasa bangga terhadap adik lelaki satu–satunya ini.
WR.SOEPRATMAN
Saya akan ke Soerabaya
dulu, mampir ke tempat mbak Roekinah.
( sambil tersenyum )
CUT TO
013. EXT. STASIUN KERETA API -
SIANG
Establish shoot :
Suasana stasiun kereta api yang sibuk.
OERIP KASANSENGARI
memegang bahu WR. SOEPRATMAN sambil berkata
OERIP KASANSENGARI
Dik Soepratman... Menggubah
lagu itu adalah ilham dari Tuhan Yang Maha Esa kepada kamu... Tetaplah pada
pendirian dan keyakinanmu...
Sampai bertemu lagi
dilain waktu.
WR. SOEPRATMAN
Ya mas... Terima kasih...
Sampai jumpa lagi... Hati–hati di jalan.
Keduanya saling
berpelukan layaknya saudara.
Kemudian OERIP
KASANSENGARI masuk ke dalam kereta dan mereka saling melambaikan tangan.
Kereta api bergerak
menjauh.
CUT TO
014.INT RUMAH
WR.SOEPRATMAN - MALAM
FLASHES
WR.SOEPRATMAN mulai mengesek Biolanya dia Mencoba mencari nada... Coretan
partitur di kertas melengkapi pencarian nada untuk lagu kebangsaan... kertas
berserakan.
WR.Soepratman terus Mencari nada
CUT TO
015.INT.RUMAH
WR.SOEPRATMAN - SIANG
Dan pada Akhirnya WR. SOEPRATMAN Berhasil Menciptakan lagu yang akan dia
tawarkan untuk menjadi lagu kebangsaan.
Terlihat senyum puas di wajahnya.
Fade out / Fade in.
016. INT . RUANG TAMU
RUMAH SOEGONDO DJOJOPUSPITO - SIANG
Text Tittle Ketik : Oktober 1928
WR. SOEPRATMAN duduk menghadap SOEGONDO DJOJOPUSPITO yang tak lain adalah
ketua panitia Kongres Pemuda Indonesia II.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Teman – teman sudah
menyetujui kamu untuk tampil membawakan lagu Indonesia Raya....
...Nanti saat
penutupan kongres, kamu akan membawakan lagu itu dengan biola saja... Karena kongres
pasti akan dijaga oleh polisi Belanda, maka kita tidak bisa memperdengarkan
syairnya agar tidak terjadi hal–hal yang tidak diinginkan...
Kongres bisa
dibubarkan atau lebih buruk lagi... Para peserta bisa ditangkap.
Title berupa tulisan ketik “Soegondo Djojopuspito“ saat Close Up Soegondo Djojopuspito.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Bung Karno berpesan
bahwa perlu adanya segera lagu nasional...
Lagu dan syair Indonesia Raya yang tempo hari kau perdengarkan kepada kami memiliki kekuatan membakar semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan..
Lagu dan syair Indonesia Raya yang tempo hari kau perdengarkan kepada kami memiliki kekuatan membakar semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan..
Ini kesempatan untuk
mengenalkan lagu Indonesia Raya agar bisa diterima menjadi lagu kebangsaan...
WR. SOEPRATMAN
Terima kasih mas... Salah
satu hal yang mendorong semangat saya untuk menggubah lagu yang dapat menjadi
lagu kebangsaan adalah kata–kata Bung Karno juga... Beliau mengatakan : Airnya
Kamu Minum, Nasinya Kamu Makan... Karena Itu, Kita Semua Harus Mengabdi
Padanya, Pada Ibu Pertiwi Indonesia.
Terlihat kilatan gelora semangat pada mata mereka saat berjabat tangan.
Fade out / Fade in
017. INT. RUANG KONGRES PEMUDA INDONESIA II - SORE
establishing shoot :
Jam istirahat pada malam kedua sekaligus malam penutupan Kongres Pemuda
Indonesia, 28 Oktober 1928.
Text Tittle Ketik : Kongres Pemuda Indonesia II - 28 Oktober 1928.
Text Tittle Ketik : Kongres Pemuda Indonesia II - 28 Oktober 1928.
Suasana sedikit berisik dengan background orang mengobrol.
Di meja Utama Kongres, duduk dari kiri ke kanan...SOEGONDO DJOJOPUSPITO (Ketua PPPI), R.M. DJOKO MARSAID (Wakil ketua Jong Java), MOHAMMAD JAMIN (Sekretaris Jong Sumateranen Bond), AMIR SJARIFUDIN (Bendahara Jong Bataks
Bond), DJOHAN MOHAMMAD TJAI (Pembantu I Jong Islamieten Bond), R. KATJA
SOENGKANA (Pembantu II Pemuda Indonesia). Mereka terlihat sedang berdiskusi
dengan nada berbisik.
Sesaat kemudian SOEGONDO DJOJOPUSPITO berdiri dari tempat duduknya dan
memanggil WR. SOEPRATMAN untuk mendekat.
WR. SOEPRATMAN beranjak dari kursinya dengan mencangking biolanya mendekat
ke arah SOEGONDO PUSPITO.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO pun secara elegan dan diplomatis dengan bisik–bisik
kepada WR. SOEPRATMAN dipersilahkan memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan
biolanya, sehingga kata–kata Indonesia Raya tidak jelas terdengar.
WR. SOEPRATMAN mengangguk dan mulai menepatkan biola pada bahunya dan mengambil
sikap siap memainkannya.
Para peserta Kongres yan awalnya sibuk berbicara, mulai berganti berbisik
dan lambat laun mulai tenang. Perhatian mereka terarah kepada WR. SOEPRATMAN
dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO masih berdiri dari tempat duduknya memperhatikan
hadirin yang mulai tenang, sedangkan di sampingnya berdiri WR. SOEPRATMAN yang
juga sedang menyapu pandang pada para hadirin dengan sikap siap memainkan biola
di bahu kanannya.
Sesaat setelah ayunan tangan SOEGONDO DJOJOPUSPITO mempersilahkan dengan
hormat, WR. SOEPRATMAN mulai melantunkan nada demi nada lagu Indonesia Raya
melalui biolanya.
Para hadirin diam dan tenang mendengarkan lagu Indonesia Raya yang
dilantunkan oleh WR. SOEPRATMAN sampai dengan selesai.
Setelah selesai membawakan lagu Indonesia raya, WR. SOEPRATMAN membungkuk
memberi hormat kepada peserta kongres. Serentak para peserta kongres berdiri
dan memberikan aplaus pada penampilan WR. SOEPRATMAN.
WR. SOEPRATMAN melangkah menuju meja Utama panitia Kongres, menghampiri
SOEGONDO DJOJOPUSPITO, R.M. DJOKO MARSAID, MOHAMMAD JAMIN, AMIR SJARIFUDIN,
DJOHAN MOHAMMAD TJAI, R. KATJA SOENGKANA... yang juga berdiri dan memberi
aplaus terhadap penampilannya, satu persatu dijabatnya tangan mereka yang
disambut juga dengan antusias dan penuh semangat.
Fade out/ Fade in.
Establishing shoot :
Seluruh peserta kongres berdiri.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO membacakan isi SUMPAH PEMUDA dengan
diikuti oleh seluruh peserta.
SOEMPAH PEMOEDA
PERTAMA :
KAMI POETRA DAN POETRI
INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA.
KEDUA :
KAMI POETRA DAN POETRI
INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA :
KAMI POETRA DAN POETRI
INDONESIA, MENJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.
CUT TO
018. EXT. GEDUNG KONGRES PEMUDA INDONESIA - SORE
Establishing shoot :
Latar belakang berakhirnya Kongres pemuda Indonesia II.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO menjabat tangan WR. SOEPRATMAN, tangan kirinya
memegang bahu WR. SOEPRATMAN layaknya sahabat sambil berucap :
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Selamat ya...
Dua bulan lagi kita
akan mengadakan pembubaran panitia kongres... Saat itulah syair Indonesia Raya
akan diperdengarkan.
WR. SOEPRATMAN menyambut kata–kata SOEGONDO DJOJOPUSPITO itu dengan
anggukan yang kuat dan ekspresi penuh semangat.
WR. SOEPRATMAN melayangkan tangan kirinya memegang bahu SOEGONDO
DJOJOPUSPITO, mengguncang badannya dengan bersahabat. Senyum WR. SOEPRATMAN
mewarnai raut wajahnya yang penuh semangat, seraya berkata.
WR. SOEPRATMAN
(dengan nada yang mantap)
UNTUK INDONESIA !!!
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
(membalas dengan nada yang mantap juga)
UNTUK INDONESIA !!!
Fade out / Fade in.
019. INT. RUANG KANTOR KEPALA INTELIJEN HINDIA
BELANDA - SIANG
KEPALA INTELIJEN sedang duduk membaca koran Sin Po yang memuat berita
Kongres Pemuda Indonesia II, dan di atas mejanya tergeletak koran Sin Po
terbitan tanggal 27 Oktober 1928 yang menampilkan lagu Indonesia Raya lengkap
dengan partitur dan syairnya.
KEPALA INTELIJEN
ONBENSCHAAMD !!!
(sambil membanting koran yang baru dibacanya tersebut di
mejanya).
CUT TO
020. EXT. PERKEBUNAN
PEPAYA - SIANG
Establishing shoot
Langit siang di atas perkebunan terlihat cerah, sedikit berawan... SOEGONDO
DJOJOPUSPITO sambil membawa koran Sin Po, berjalan berdampingan di sepanjang
perkebunan, bersama AMIR SJARIFUDIN.
AMIR SJARIFUDIN
Para peserta kongres
sepakat lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO menghentikan
langkahnya, diikuti oleh KEDUA TEMANNYA itu, ia mendongak ke langit...
pandangannya menerawang... dan seulas senyum tersungging di bibirnya.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Akhirnya... Kita punya
lagu kebangsaan yang bisa membakar semangat juang bangsa Indonesia.
Fade out/Fade in.
021. INT. GEDUNG TEMPAT PEMBUBARAN PANITIA KONGRES PEMUDA
INDONESIA II - SIANG
Text Tittle Ketik : Desember 1928 –
Pembubaran Panitia Kongres Pemuda Indonesia II.
Establishing shoot
WR. SOEPRATMAN berdiri dihadapan para hadirin peserta pembubaran panitia
kongres, ia menyapu pandang kepada mereka dan menyampaikan kata pembukaan.
WR. SOEPRATMAN mulai mengangkat biolanya dan memainkan lagu indonesia Raya
dengan solo biolanya. Suasana ruangan hening dan tenang... Para hadirin terpaku
dibuatnya dan serentak berdiri memberi penghormatan pada lagu Indonesia Raya...
Kemudian dilanjutkan dengan koor peserta pembubaran panitia kongres, yang
dipimpin langsung oleh WR. SOEPRATMAN dengan diiringi biolanya.
Lagu ciptaan WR. SOEPRATMAN berkumandang, menggelorakan jiwa dan membakar
semangat juang. Seakan–akan darah para hadirin yang mendengarnya mendidih
oleh api semangat juang “Indonesia Merdeka“.
Fade out / Fade in.
022. INT . RUANG TAMU
RUMAH SOEGONDO DJOJOPUSPITO - SIANG
WR. SOEPRATMAN dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO terlibat dalam pembicaraan yang
sangat serius.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Kamu harus segera
meninggalkan Batavia secepatnya...
Cepat atau lambat,
polisi Belanda pasti akan mencari dan menangkap kamu...
SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Beberapa teman telah
ditangkap dan diinterogerasi
berkenaan dengan munculnya lagu kebangsaan Indonesia Raya...
berkenaan dengan munculnya lagu kebangsaan Indonesia Raya...
Kupikir, sebaiknya
secepatnya saja kamu pergi menyelamatkan diri... lebih baik lagi kalau siang
ini juga kamu sudah meninggalkan Batavia.
WR. SOEPRATMAN
Baik mas...
CUT TO
023. INT. RUANG TAMU
KEDIAMAN WR. SOEPRATMAN – SORE
Establish ruang tamu
OS : terdengar suara derum truk, teriakan – teriakan dan derap kaki polisi
Belanda diluar rumah.
Pintu depan digedor–gedor dengan keras... sesaat kemudian pintu terbuka
karena didobrak dengan paksa oleh polisi–polisi Belanda... mereka pun masuk
ke rumah dan mulai memeriksa seluruh ruangan, mengacak–acak semua yang
terdapat di ruangan itu.
KEPALA INTELIJEN POLISI BELANDA masuk ke dalam rumah dan menyapukan
pandangannya keseluruh sudut ruangan... dia menanyakan keadaan situasi pada
salah seorang anak buahnya.
KEPALA INTELIJEN
Welke voorwaarde?... Als
u al gevonden de rebellen?
(artinya : bagaimana?
...apakah sudah kalian temukan pemberontak itu?)
POLISI 1
Leeg... Niemand is
waarschijnlijk hier...
(artinya : Kosong...
Tidak ada satu orang pun disini)
KEPALA INTELIJEN
GODVERDOMME..!!!
CUT TO
024. INT. KERETA API –
SORE
WR. SOEPRATMAN memandang keluar dari jendela kereta api yang bergerak ke
Soerabaya... mengamati pemandangan sepanjang perjalanan... matanya menerawang
teringat saat – saat ia berada di Surabaya.
DISSOLVE TO
FLASHBACK
025. EXT. SOERABAYA 1924 – SIANG
Text Tittle Ketik : Soerabaya 1924
Suasana Kota Surabaya
1924 (footage dan Green Screen).
WR.SOEPRATMAN menapakkan langkah kakinya di Kota Surabaya, berjalan dan
memperhatikan kesibukan kota. Saat sampai di depan sebuah bangunan, ia menghentikan langkahnya karena
tertarik dengan papan namanya yang bertuliskan Indonesiche Study Club.
WR.SOEPRATMAN pun tersenyum.
Fade out / Fade in
026. EXT./INT. TERAS RUMAH KOESNENDAR KARTODIREDJO -
SIANG
Di Surabaya WR.SOEPRATMAN tinggal di rumah Kakaknya yang bernama
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan suaminya KOESNENDAR KARTODIREDJO, seorang pegawai
KPM di Soerabaya.
WR. SOEPRATMAN berdiri di teras rumah, tenggelam dalam keasyikannya memainkan
biola.
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO duduk bersebelahan, memperhatikannya
dengan antusias... permainan biola WR. SOEPRATMAN benar–benar menarik dan
mempesona mereka berdua.
Establish
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO memberikan aplaus saat
nada berakhir... mereka terlibat suasana penuh akrab sambil menikmati teh dan kue.
CUT TO
KOESNENDAR KARTODIREDJO
(dengan nada bercanda)
Kamu tidak sayang
meninggalkan nona – nona cantik Indo Belanda yang ada di Makassar dik?
WR. SOEPRATMAN
(tertawa lepas)
Ya sayang juga mas...
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH dan KOESNENDAR KARTODIREDJO
tertawa menanggapi kata – kata WR. SOEPRATMAN.
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
Pasti cantik calon
istrimu itu.
WR. SOEPRATMAN
(tertawa lepas)
Cantik mbak...
Hanya saja aku merasa
tidak akan bisa mengikuti cara hidupnya... Gilang gemilang kehidupan di
Makassar makin lama membuatku jenuh...
Meskipun aku diterima
di kalangan orang–orang Belanda disana, tapi tetap saja di mata mereka aku
ini hanya seorang inlander...
WR. SOEPRATMAN ( CONT’D )
Banyak cerita dan
lelucon mereka mengenai bangsa kita membuat hatiku sakit...
Beberapa koran
terbitan dari Batavia disana banyak memberitakan perjuangan pergerakan
kebangsaan...
dari situlah, dari
hari ke hari, aku mulai sadar dimana sebenarnya tempatku berada... semua itu
akhirnya mendorong keinginanku
untuk dapat mengikuti pergerakan kebangsaan,
karena betapapun orang hidup senang, namun
sebagai bangsa yang terjajah, kita akan selalu hidup
terbelenggu dan terhina.
untuk dapat mengikuti pergerakan kebangsaan,
karena betapapun orang hidup senang, namun
sebagai bangsa yang terjajah, kita akan selalu hidup
terbelenggu dan terhina.
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
(ekspresi kuatir dan panik tersirat dalam nada suaranya)
Dik... ikut pergerakan
seperti itu sangat berbahaya.
Bagaimana kalau kamu
sampai tertangkap...???
Mereka pasti akan
menyeretmu ke penjara... menyiksamu...
mereka itu kejam...
mereka itu kejam...
WR. SOEPRATMAN
(memotong kalimat kakaknya)
Sudah mbak...
tidak usah terlalu
kuatir seperti itu.
Aku tahu resiko yang
akan kuhadapi saat aku mulai terlibat dalam pergerakan kebangsaan... tapi
percayalah mbak, aku bisa jaga diri.
KOESNENDAR KARTODIREDJO menggengam tangan istrinya, mencoba menenangkannya...
ia menatap WR. SOEPRATMAN
KOESNENDAR KARTODIREDJO
Masalah politik saat
ini adalah suatu masalah yang amat berbahaya dik... tapi aku paham bagaimana
jiwa seorang pemuda yang tergerak oleh rasa kebangsaan... akupun juga seperti
itu...
hanya saja aku tidak
punya keberanian untuk jauh melangkah masuk ke dalamnya...
KOESNENDAR KARTODIREDJO ( CONT’D )
Setiap orang memiliki
jalan hidupnya masing – masing...
Sebagai anak bangsa
memang sudah menjadi kewajibannya untuk membela bangsa dan tanah airnya...
Pilihan ada di
tanganmu... ikuti hatimu... berjuanglah dengan caramu...
KOESNENDAR KARTODIREDJO ( CONT’D )
Jujur dik... aku
bangga punya adik sepertimu...
Aku bisa melihat
gelora semangat perjuangan dan jiwa kebangsaan yang kuat pada dirimu... sesuatu
yang selama ini hanya bisa terpendam dalam pikiranku...
KOESNENDAR KARTODIREDJO menatap istrinya dengan masih menggengam tangannya.
KOESNENDAR KARTODIREDJO
(suaranya menenangkan)
Aku tahu bagaimana
kuatirnya kamu...
Tapi percayalah...
Wage pasti akan baik – baik saja..
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH mengangguk pelan... lalu menatap WR. Soepratman...
Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH
Aku ingin kamu
berjanji satu hal kepadaku dik...
Hati–hati dalam
setiap langkahmu... jaga diri kamu baik–baik,
jangan sampai terjadi hal yang buruk padamu...
jangan sampai terjadi hal yang buruk padamu...
Jangan sampai
tertangkap.
Air mata NY. ROEKINAH
SOEPRATIRAH menetes...
WR. Soepratman pun
beranjak dari duduknya dan mendekati kakak perempuannya itu... berjongkok di
depannya sambil meraih tangannya dan menggenggamnya...
WR. SOEPRATMAN
Ya mbak... aku janji.
Keduanya pun
berpelukan layaknya kakak dan adik... Ny.ROEKINAH SOEPRATIRAH mulai terisak–isak...
WR. SOEPRATMAN
(menenangkan kakak perempuannya itu)
Sudah mbak...
KOESNENDAR
KARTODIREDJO pun menjadi terharu juga melihat hal itu... tanpa disadarinya, air
matanya pun menetes... buru–buru ia menghapusnya....
CUT TO
027. INT. KERETA API –
MALAM
WR. SOEPRATMAN memandang keluar dari jendela kereta api yang bergerak ke
Soerabaya... masih mengamati pemandangan sepanjang perjalanan... matanya
menerawang, ingatannya kembali saat–saat itu.
DISSOLVE TO
ONLY SOUND : Suara denting halus peralatan makan.
FLASH BACK
028. INT. RUANG MAKAN RUMAH KOESNENDAR KARTODIREDJO -
MALAM
Ny.ROEKINAH
SOEPRATIRAH, KOESNENDAR KARTODIREDJO dan WR. SOEPRATMAN sedang makan malam pada satu meja
makan.
WR. SOEPRATMAN
(membuka percakapan)
Mbak...mas...saya ada
rencana mau ke tempat bapak.
KOESNENDAR KARTODIREDJO
(sedikit terkejut)
Kenapa dik...kok tiba–tiba ingin ke tempat bapak?
WR. SOEPRATMAN
Saya ingin menengok
bapak... sudah lama juga saya tidak ketemu bapak.. saya kangen mas.
NY. ROEKINAH SOEPRATIRAH
oo...kalau seperti itu
alasannya ya tidak apa – apa dik.. kukira kamu tidak krasan tinggal disini...
(sambil tersenyum pada suaminya)
WR. SOEPRATMAN
(tertawa kecil)
Bukan begitu mbak....
saya krasan sekali tinggal di sini.
Selain mau menengok
bapak, saya juga bermaksud mencari pekerjaan di sana..
Surabaya
menyenangkan...hanya saja saya kecewa melihat suasana pertentangan antar
golongan di Surabaya mas...
KOESNENDAR KARTODIREDJO
Hmmm.... (sambil
menghela nafas pendek)
Kapan rencana kamu
berangkat ke Cimahi?
WR.
SOEPRATMAN
Lusa mas...
Fade out / Fade in
029. EXT. STASIUN KERETA API SOERABAYA – PAGI
Establish : Stasiun kereta api Soerabaya.
WR.SOEPRATMAN keluar
dari kereta api dengan menjinjing tas yang tidak terlalu besar.
Fade out / Fade in
030. INT. RUMAH PERSEMBUNYIAN WR.
SOEPRATMAN – PAGI
Text Tittle Ketik : 1 Agustus 1938, Rumah Kediaman WR.
Soepratman di Soerabaya
ONLY SOUND : kicau suara burung di pagi hari.
WR. SOEPRATMAN
terlihat sedang duduk termenung di kursinya... raut wajahnya terlihat gelisah..
Sesaat kemudian ia pun
beranjak dari duduknya dan berjalan perlahan menuju pintu... berhenti sejenak
sambil mengamati pegangan pintu dalam genggamannya...
Setelah menarik nafas
dalam dan menghembuskannya perlahan, ia pun membuka pintu... cahaya pagi yang
hangat menyilaukan menyorot seiring terbukanya pintu.
CUT TO
031. EXT. STUDIO RADIO
NIROM, MALANG - SIANG
Text Tittle Ketik : 1 Agustus 1938, Radio
NIROM, Jalan Embong Malang
Establishing shoot
Pintu studio Radio NIROM terbuka dan WR. SOEPRATMAN melangkah keluar. Baru
beberapa langkah dari pintu, ia dikejutkan oleh sergapan polisi rahasia
Belanda. Tanpa perlawanan ia lalu digelandang dengan paksa ke dalam truk yang
sudah menunggu di jalan.
Fade out/Fade in.
032. INT. RUANG PENYIKSAAN
PENJARA KALISOSOK - SIANG
Ruangan penyiksaan yang sempit dan lembab, lampu gantung yang bergerak–gerak berayun, bersinar kuning temaram membuat ruangan itu menjadi bertambah
suram.
Dengan wajah lebam tertunduk, WR. SOEPRATMAN duduk terikat erat tangan dan
kakinya pada sebuah kursi kayu yang terpatri pada lantai ruangan... matanya
terpejam.
Terdengar suara berat langkah kaki bersepatu bot dan suara kunci membuka
pintu besi sel... suara langkah itu makin terdengar lebih keras mendekat... dan
sekonyong – konyong seember air diguyurkan dengan keras dari depan ke wajah WR.
SOEPRATMAN.
BANGUN !!!!
Bentakan keras terdengar seiring dengan kepanikan WR. SOEPRATMAN,
nafasnya tersenggal–senggal dan terbatuk hebat karena banyak air yang masuk
ke pernafasannya...
Pelan–pelan mata WR. SOEPRATMAN terbuka, dan dalam penglihatannya yang
buram terlihat dua wajah polisi yang berekspresi dingin.
Belum pulih kesadarannya... dalam pandangannya yang masih buram, bogem
mentah salah satu polisi melayang ke wajahnya... dan pandangannya kembali
gelap.
Fade out/Fade in.
033. INT. SEL PENJARA –
SIANG
Ruang sel yang sempit dan lembab... suram... tanpa lampu... cahaya temaram dari lorong masuk melalui sela–sela jeruji.
Di sudut ruangan WR. SOEPRATMAN terbaring meringkuk, tanpa mengenakan baju,
celana panjang yang dikenakannya terlihat kotor dan lusuh, terdapat beberapa
robekan... badannya yang penuh lebam dan luka sundutan rokok... tenaganya
hampir tidak ada untuk membuat tubuh kedinginannya menggigil... nafasnya
terdengar berat... dari wajahnya yang lebam tersungging senyum... matanya pun
menerawang jauh... begitu jauh...
DISSOLVE TO.
ONLY SOUND :
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Wage...
FLASH BACK.
034. INT. RUMAH SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO – SIANG
WAGE SOEPRATMAN REMAJA menatap bapaknya.
ESTABLISHING SHOOT Rumah.
Siang itu SERSAN DJUMENO SENEN SASTROSUHARJO, WAGE SOEPRATMAN REMAJA serta kakaknya NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan suaminya yang seorang tentara KNIL Belanda berpangkat Sersan, WILLEM VAN ELDIK, berkumpul di ruang tamu.
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARDJO
Wage…
Kakakmu berniat mengajak kamu ke Makassar dan sekolah di sana,
apakah kamu mau sekolah dan menetap di makassar?
apakah kamu mau sekolah dan menetap di makassar?
Wajah WAGE SOEPRATMAN REMAJA tidak
menjawab, hanya menampakkan sedikit raut kebingungan di wajahnya.
NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK
(berusaha
meyakinkan Wage Soepratman)
Wage… di sana kamu akan kami masukan ke sekolah Belanda..
Kamu pintar… sayang kalau tidak meneruskan sekolah.
Disana kamu tidak usah kuatir tidak mendapat teman…
anak – anak disana baik – baik semua, kamu pasti akan punya banyak teman.
anak – anak disana baik – baik semua, kamu pasti akan punya banyak teman.
pelajarannya lebih maju daripada sekolah pribumi.
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Iya.. Saya akan bantu kamu untuk masuk di sekolah Belanda di
Makassar
agar masa depan kamu bagus… en perlu kamu tahu,
di sana orang inlander tidak di terima masuk sekolah orang Belanda…
nama kamu akan saya tambahkan Rudolf..
Jadi nama kamu Wage Rudolf Soepratman…
agar masa depan kamu bagus… en perlu kamu tahu,
di sana orang inlander tidak di terima masuk sekolah orang Belanda…
nama kamu akan saya tambahkan Rudolf..
Jadi nama kamu Wage Rudolf Soepratman…
WILLEM VAN ELDIK
( CONT’D )
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Disana nanti kamu akan saya
ajari musik…
Kamu pintar sekali… jadi,
saya rasa kamu pasti bisa cepat belajar.
WAGE SOEPRATMAN REMAJA menatap bapaknya
meminta pendapat.
SERSAN
DJUMENO SENEN SASTROSUHARJO tersenyum
dan mengangguk...
Wage menatap kakak perempuannya dan mengangguk tanda menyetujui ajakan
kakak perempuannya itu.
Wage menatap kakak perempuannya dan mengangguk tanda menyetujui ajakan
kakak perempuannya itu.
035. EXT. ESTABLISH KOTA MAKASSAR 1914 (Stock Shoot)
Fade out / Fade in
036. INT. RUANG TAMU RUMAH VAN ELDIK - SIANG
WR.SOEPRATMAN REMAJA, NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK, serta WILLEM VAN ELDIK baru saja tiba dari Batavia.
WR.SOEPRATMAN REMAJA tertarik pada sebuah alat musik (biola) yang
terpajang rapi di ruangan itu.
WR. SOEPRATMAN REMAJA
Kak Willem... itu alat
musik apa?
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Itu namanya Violin.
WR.SOEPRATMAN REMAJA
mendekati biola itu dan merabanya
WR. SOEPRATMAN REMAJA
Kakak bisa
memainkannya?
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara dengan Aksen Belanda)
Tentu... kamu mau
dengar?
WR. SOEPRATMAN REMAJA
tersenyum, VAN ELDIK mengambil biola itu dan memainkan satu lagu klasik dari Beethoven.
WR. SOEPRATMAN REMAJA
terkesima dan memperhatikan dengan takjub permainan biola WILLIEM VAN ELDIK..
CUT TO
037. INT. KAMAR
WR. SOEPRATMAN REMAJA MAKASSAR - MALAM
WR.SOEPRATMAN REMAJA masih terngiang-ngiang alunan nada dari suara biola yang di mainkan oleh WILLEM VAN ELDIK tadi.
Timbul kenginan untuk mempelajari alat musik itu... sambil berbaring di
tempat tidur, wajahnya tersenyum... dengan kidalnya, ia membayangkan seakan–akan sedang memainkan
alat musik itu... mulutnya lirih menyenandungkan penggalan nada, yang
diingatnya dari lagu Beethoveen yang dimainkan oleh WILLEM VAN ELDIK siang
tadi.
Khayalan itu membuat WR.SOEPRATMAN REMAJA tertidur.
CUT TO
038. INT. SEL PENJARA
– SIANG
Mata WR. SOEPRATMAN berkedip... bibirnya menyunggingkan senyum yang lebih
lebar... dan matanya kembali menerawang jauh.
DISSOLVE TO
ONLY SOUND : suara sendok dan
garpu berdenting
FLASH BACK
039.INT. RUANG MAKAN RUMAH WILLEM VAN ELDIK - PAGI
WILLEM VAN ELDIK dan WR.SOEPRATMAN REMAJA sedang menikmati sarapan pagi
dengan gaya Belanda... Sementara NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK sibuk
melayani makan suaminya mengambilkan nasi goreng.
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Wage, ayo habiskan
makananmu kita segera berangkat.
WR.SOEPRATMAN REMAJA
dengan lahap menghabiskan makanannya.
CUT TO
040. EXT. ESTABLISH SEKOLAH EUROPEES LAGERE SCHOOL (E.L.S.) - PAGI
Set sekolahan Belanda tahun 1914.
CUT TO
041. INT. KANTOR
KEPALA SEKOLAH E.L.S. -
PAGI
WR.SOEPRATMAN REMAJA dan NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN
ELDIK menghadap kepala
sekolah untuk mendaftarkan WR.SOEPRATMAN REMAJA pada sekolah tersebut dengan
didampingi WILLEM VAN ELDIK.
WILLEM VAN ELDIK
(dalam bahasa Belanda menyapa kepala sekolah E.L.S)
Goedemorgen....
KEPALA SEKOLAH berdiri
menyambut kedatangan WILLEM VAN ELDIK dan NY. ROEKIJEM
SOEPARTIJAH VAN ELDIK
KEPALA SEKOLAH
Goedemorgen,
Sergeant... ga zitten.
hoe kan ik u helpen?
(artinya : Selamat
pagi Sersan... silahkan duduk. Ada yang bisa saya bantu?)
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Ya... saya ingin
mendaftarkan anak saya untuk belajar di sekolah ini, Tuan...
Perhatian KEPALA SEKOLAH tertuju kepada WR. SOEPRATMAN REMAJA...
Wajah NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK nampak cemas menanti jawaban kepala sekolah di terima atau
tidakkah Wage belajar di sekolah ini.
KEPALA SEKOLAH
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Apakah betul dia ini
anak kandung Sersan?
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Ya.....ya....namanya
Wage Rudolf Soepratman.
KEPALA SEKOLAH nampak ragu dengan apa yang di katakan WILLEM VAN ELDIK
KEPALA SEKOLAH
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Sersan tentu sudah
mengetahui kalau di sekolah ini inlander tidak di terima... tapi kalau pribumi
itu masih ada keturunanan ningrat itu masih bisa di pertimbangkan.
NY.
ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK
Tuan Kepala Sekolah...
Wage ini anak yang
pintar, sangat di sayangkan kalau mendapat pendidikan di sekolah pribumi...
saya berharap tuan Kepala Sekolah bisa mempertimbangkan hal itu.....
WILLEM VAN ELDIK
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Ya....
saya harap Tuan Kepala Sekolah bisa mempertimbangkan hal itu.
saya harap Tuan Kepala Sekolah bisa mempertimbangkan hal itu.
KEPALA SEKOLAH diam sejenak sambil mengamati WR. SOEPRATMAN,
NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK dan WILLEM VAN ELDIK secara bergantian.
KEPALA SEKOLAH
(berbicara
dengan Aksen Belanda)
Baiklah...
Besok pagi Rudolf bisa
mulai masuk sekolah.
Wajah NY. ROEKIJEM SOEPARTIJAH VAN ELDIK berseri mendengar jawaban KEPALA SEKOLAH
itu...
WR. SOEPRATMAN merasakan guncangan lembut saat kakak perempuannya itu
merangkul dan mengelus kepalanya... ia bisa merasakan kebahagiaannya.
Fade out / Fade in
042.
INT. KELAS - PAGI
Text Tittle Ketik : EUROPEES LAGERE
SCHOOL
Hari pertama masuk sekolah WR.SOEPRATMAN REMAJA agak canggung berkumpul dengan anak anak Belanda dan priyayi yang bersekolah di situ.
GURU
Kinderen–meisjes… heb je een nieuwe vriend. Hij kwam net binnen uit Batavia.
Kom op Wage Rudolf...
Jezelf voorstellen aan mijn vrienden.
(artinya : Anak
anak... kalian mempunyai teman baru. Dia baru datang dari Batavia.
Ayo wage Rudolf...
perkenalkan dirimu kepada teman – temanmu)
WR.SOEPRATMAN REMAJA
maju ke depan dan memperkenalkan diri.
Fade out / Fade in
043. ADEGAN FLASHES
1. Dari hari ke hari WR.SOEPRATMAN REMAJA
belajar sangat tekun di sekolah itu.
2. WR.SOEPRATMAN REMAJA belajar dengan tekun
pada malam hari.
3. WR.SOEPRATMAN REMAJA selalu bisa menjawab
pertanyaan dari GURU.
Fade out / Fade in
044. INT. KELAS - SIANG
Ditengah pelajaran sedang berlangsung, tiba tiba masuk seorang GURU LAIN
dan berbicara pada GURU yang sedang mengajar.
Kemudian guru itu memangil WR.SOEPRATMAN REMAJA.
GURU
Wage Rudolf, kamu
sekarang pergi menghadap Kepala Sekolah.
WR.SOEPRATMAN REMAJA yang merasa tidak pernah berbuat kesalahan
merasa bingung atas panggilan ini.
WR.SOEPRATMAN REMAJA pun beranjak dari tempat duduknya
dan berjalan menuruti perintah gurunya.
CUT TO
045. INT. SEL PENJARA
– MALAM
Ruang sel yang sempit dan lembab... suram... tanpa lampu... cahaya temaram
dari lorong masuk melalui sela – sela jeruji.
Di sudut ruangan tergeletak sosok tubuh WR. SOEPRATMAN yang terlihat kurus
meringkuk tanpa baju, diam tak bergerak... matanya terpejam... sesungging
senyum tertinggal di wajahnya......
DISSOLVE TO
046. EXT. BACKGROUND
ALAM INDONESIA.
WR. SOEPRATMAN REMAJA sedang memainkan biolanya dengan penuh penghayatan...
ia memainkan simponi lagu Indonesia Raya dengan penuh perasaan... di wajahnya
tergambar perasaan yang bahagia... tenggelam dalam kenikmatan memainkan
biolanya.
Fade out/Fade in.
047. INT. SEL PENJARA
– SIANG
Dua orang pribumi pengurus penjara masuk ke dalam sel dan mulai mengurus
jenasah WR. SOEPRATMAN.
Salah seorang pengurus penjara tadi melihat secarik kertas dalam genggaman
WR. SOEPRATMAN dan mengambilnya tanpa sepengetahuan temannya. Setelah
membacanya sekilas.. cepat–cepat kertas itu diselipkan di saku celananya.
Fade out/Fade in.
048. EXT. PEMAKAMAN - SORE
Establishing shoot :
Langit sore di atas pekuburan Rangkah terlihat agak mendung... OERIP
KESANSENGARI dan SOEGONDO DJOJOPUSPITO berdiri mematung di depan gundukan tanah
merah, tempat bersemayamnya jenasah WR. SOEPRATMAN... Tidak ada orang lain lagi
di situ selain mereka berdua, pekuburan lengang.
OERIP KESANSENGARI mengeluarkan secarik kertas lusuh yang terlipat rapih
dari saku kemejanya, dibentangkannya perlahan kertas itu dengan kedua tangannya
sehingga terbaca tulisan tangan yang berbunyi :
“Nasibkoe soedah
begini, inilah yang disoekai oleh pemerintah belanda. Biarlah saja meninggal,
saja ichlas. Saja toh soedah beramal, berjoeang dengan tjarakoe, dengan
biolakoe. Saja jakin, Indonesia pasti merdeka.“
Oerip Kesansengari tidak dapat membendung lagi perasaan
sedihnya... ia merasa sangat kehilangan.. kepergian WR. SOEPRATMAN meninggalkan
banyak kenangan yang menyenangkan...
Ia masih tidak bisa menerima kematian sahabatnya dengan
cara mengenaskan tersebut...
Air matanya pun tak dapat ia bendung lagi... tangisnya
pun akhirnya tumpah juga...
SOEGONDO DJOJOPUSPITO yang bersamanya mendekat
menghampirinya dan memegang bahu salah satu sahabatnya itu untuk menguatkannya.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Relakanlah kepergiannya mas...
OERIP KESANSENGARI pun mulai berusaha mengendalikan
emosinya, sedikit – demi sedikit tangisnya pun mulai reda hingga tertinggal
isakan berat...
OERIP KESANSENGARI
(dengan suara berat di
sela isak tangisnya yang masih tersisa)
Awalnya ia tidak
sengaja membeli majalah Timboel terbitan Solo tahun 1923 saat di Batavia...
Di dalamnya ada
artikel berjudul “Manakah Komponis Indonesia Jang Bisa Tjiptakan Lagoe
Kebangsaan Jang Dapat Bangkitkan Semangat Rakjat“...
(menghela nafas dalam)
OERIP KESANSENGARI ( CONT’D )
Tulisan itu seolah–olah memang ditujukan kepada dirinya.
OERIP KESANSENGARI menundukkan kepalanya, mengeraskan rahangnya menahan
perasaan yang bergejolak.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO menatap OERIP KESANSENGARI,
SOEGONDO DJOJOPUSPITO
Masih melekat jelas di
ingatanku...
Saat itu... Ia datang
menawarkan padaku supaya diberi kesempatan memperdengarkan lagu anyarnya itu
kepada peserta kongres...
bisa kurasakan
darahnya mendesis... Percaya dirinya begitu kuat... sehari sebelum kongres
dibuka, dia menulis di Sin Po tentang lahirnya sebuah lagu kebangsaan Indonesia
Raya.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO ( CONT’D )
Kita patut bangga
kepadanya...
Aku benar – benar
bangga kapadanya...
Oleh karena dia, jiwa
bangsa yang semula terbelenggu oleh penindasan penjajah Belanda beratus – ratus
tahun... kini, menjadi bangun kembali oleh berkumandangnya lagu “Hiduplah
Indonesia Raya“.
SOEGONDO DJOJOPUSPITO dan OERIP KESANSENGARI pun berpandangan.
Raut wajah mereka menggambarkan ekspresi bangga dan penuh keyakinan bahwa
kepergian WR. SOEPRATMAN telah mewariskan Jiwa Kebangsaan yang sangat tinggi.
Rasa nasionalismenya itu membuahkan karya bernilai tinggi yang kemudian hari
telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional.
Fade out/Fade in.
049. DISSOLVE FOTO –
FOTO PERJUANGAN KEMERDEKAAN
NARASI :
Dalam perjalanan
sejarahnya, terjadi beberapa perubahan teks. Pernah dilarang Jepang dan
diperbolehkan lagi pada pertengahan tahun 1945. Diseragamkan lewat peraturan
tertanggal 26 Juni 1958.
Kebesaran Indonesia
Raya terungkap antara lain dari pernyataan presiden Republik Indonesia pertama,
Soekarno. Katanya : “...Setia kepada Indonesia Raya, setia kepada lagu
Indonesia Raya yang telah kita ikrarkan sebagai lagu perjuangan...“
050. STATEMENT AHLI
WARIS WR. SOEPRATMAN
INSERT STOCK SHOT : FOTO – FOTO WR. SOEPRATMAN
NARASI :
Lagu kebangsaan Indonesia Raya lahir pada jaman pergerakan
bangsa menuju kemerdekaan... lahir sebelum Negara Republik Indonesia itu
sendiri lahir.
Demikianlah dalam perjuangan
cita – cita bangsa Indonesia menuju kemerdekaan bangsa, terdapat banyak
peristiwa penting, yang kemudian ternyata mempunyai arti sejarah. Diawali
dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, yang merupakan titik
pangkal bangkitnya nasionalisme kaum terpelajar bangsa Indonesia dan tumbuhnya
kesadaran menuju Indonesia merdeka.
051. STATEMENT AHLI
SEJARAH
INSERT STOCKSHOT :
- MUSEUM WR. SOEPRATMAN
- MUSEUM SUMPAH PEMUDA
- SITUS MAKAM WR. SOEPRATMAN
NARASI :
Sesudah Indonesia
merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan
bangsa.
Jasa–jasa WR.
Soepratman bukan hanya menggubah lagu kebangsaan kita. Ia adalah tokoh yang
bisa mempersatukan serta membangkitkan semangat perjuangan dan patriotisme bangsa melalui musik.
Atas jasanya kepada
Negara, pada tahun 1971, oleh pemerintah Indonesia, beliau dianugerahi bintang
Maha Putra Anumerta Kelas III.
Wage Rudolf Soepratman
meninggal dunia di Surabaya, Jawa Timur, tanggal 17 Agustus 1938 pada usia 35
tahun. WR. Soepratman dimakamkan di pemakaman Kapasan yang berada di Jalan
Kenjeran, Surabaya.
Hari kelahiran WR.
Soepratman, 9 Maret, diresmikan oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi
presiden RI, sebagai Hari Musik Nasional.
SELESAI